Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Walaupun pemerintah Myanmar sudah mengeluarkan pengumuman resmi agar kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine State diakhiri, menurut Kepala Misi Pencari Fakta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), untuk kasus Rohingya, Marzuki Darusman, kekerasan tersebut masih terjadi.
Baca: Masyarakat dan Pendaki Diminta Menjauh dari Zona Perkiraan Bahaya Letusan Gunung Agung
"Ini masih terus berlangsung, dan karena itu situasi di sana belum stabil," ujarnya di acara penyerahan hasil investigasi Amensty International, yang digelar di Hotel Puri Denpasar, Jakarta Selatan, Selasa (21/11/2017).
Selain itu, dari temuan Tim Pencari Fakta (TPF) diketahui kondisi etnis Rohingya yang masih bertahan di Rakhine State, kondisinya juga sangat menyedihkan.
Mereka yang diantaranya adalah anak-anak, masih bertahan di bawah tenda-tenda yang dibuat dari bahan seadanya.
"Ratusan ribu orang bertumpuk di situ, di bawah saung-saung yang dibuat dari plastik dan bambu, dan hidup di sebelah saluran air yang tidak mengalir, yang sudah penuh dengan sampah dan lain sebagainya," katanya.
"Bantuan yang digerakan PBB juga jauh dari kecukupan, dan karena itu ini adalah kondisi yang sangat rawan," terangnya.
TPF yang sudah bekerja mengumpulkan data selama dua bulan terakhir, dijadwalkan akan menyelesaikan pekerjaannya pada September tahun depan.
Menurut Marzuki Darusman, pihaknya akan menelusuri antara lain tentang kenapa lebih dari 600 ribu orang dari etnis Rohingya mengungsi, dan kenapa begitu banyak kekerasan yang dialami etnis Rohingya di Myanmar.
"Itu hanya bisa dijelaskan jikalau sudah ada penelitian yang lebih jauh mengenai apa yang sedang terjadi," terangnya.