TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pihak Palestina menilai bahwa pernyataan Trump terkait Yerusalem sama saja dengan deklarasi perang di Timur tengah.
Presiden AS Donald Trump akhirnya resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Gedung Putih, Washington, Rabu (6/12/2017) waktu setempat.
Melalui pernyataan tersebut, Trump juga mengumumkan rencana pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kepala perwakilan Palestina untuk Inggris, Manuel Hassassian, mengatakan pernyataan Trump sama halnya dengan mengucapkan "selamat tinggal" pada proses perdamaian Israel-Palestina.
"Trump sama saja mendeklarasikan perang di Timur Tengah," ucap Hassassian.
Baca: Sidang Perdana Rabu, Kasus Setya Novanto Akan Dipimpin Ketua Pengadilan Yanto
"Sama halnya dengan mengajak perang 1,5 miliar muslim dan ratusan juta umat Kristen yang tidak akan terima jika tempat-tempat suci keagamaan mereka didominasi Israel," katanya.
Komentar Hassassian juga diamini oleh penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Mahmoud Habash, yang mengatakan pengakuan Trump itu "menghancurkan upaya perdamaian".
Sedangkan, Mahmoud Abbas telah menyebut bahwa pengakuan tersebut dapat dimaknai sebagai penarikan AS dari perannya sebagai mediator upaya perdamaian Israel-Palestina.
Abbas juga memperingatkan, perubahan status Yerusalem dapat menimbulkan konsekuensi yang berbahaya terhadap keamanan dan stabilitas dunia.
Melalui pernyataannya, Trump mengatakan bahwa dirinya hanya menepati apa yang sudah dijanjikannya semasa kampanye pencalonan presiden pada 2016.
"Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya yang sudah menjanjikan ini dalam kampanyenya, tapi gagal memenuhinya. Hari ini, saya memenuhi janji saya," kata Trump.
Trump menyebut, pengakuan tersebut menjadi penanda atas dimulainya pendekatan baru terhadap konflik Israel-Palestina.
Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa dengan pengakuan itu, dirinya tidak bermaksud untuk menentukan bahwa seluruh wilayah Yerusalem itu secara resmi akan menjadi wilayah Israel.
"Kami tidak bermaksud untuk menjadi penentu status wilayah tersebut dan hal-hal lain terkait itu, termasuk soal batas wilayah spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem," ujarnya.
Pernyataan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel memicu kecaman dan kritik dari sejumlah pemimpin negara. (Independent/USA Today)