TRIBUNNEWS.COM, CHICAGO - Di Chicago pada 14 Februari 1929 empat pria yang mengenakan seragam polisi memasuki markas gangster Bugs Moran.
Mereka kemudian membariskan lima anak buah Moran menghadap tembok dan menembak mereka.
Peristiwa itu kemudian disebut Pembantaian Hari Valentine dan menjadi puncak perang antargeng antara Al Capone dan Bugs Moran.
Alphonse "Al" Capone lahir di Brooklyn pada 1899, putra keempat dari sembilan bersaudara anak seorang imigran Italia asal kota Napoli.
Dia keluar dari sekolah saat duduk di kelas enam dan bergabung dengan sebuah geng jalanan.
Capone kemudian berhubungan dekat dengan Johhny Torrio, seorang bos kriminal yang beroperasi di Chicago dan New York.
Dalam usia 18 tahun, Capone bekerja di sebuah klub di Coney Island milik pemimpin gangster Frankie Yale.
Saat bekerja di tempat itulah wajah Capone terluka dalam sebuah perkelahian sehingga dia kemudian dijuluki "Scarface".
Pada 1917, kekasih Capone hamil dan mereka menikah.
Setelah memiliki seorang putra, keluarga Capone pindah ke Baltimore dan di kota itu dia bekerja menjadi seorang ahli pembukuan.
Namun, pada 1921, kawan lamanya Johnny Torrio membujuk Capone untuk datang ke Chicago, tempat Torrio membangun sebuah sindikat kriminal yang mendapatkan uang dari menjual minuman keras ilegal.
Minuman keras saat sejak 1919 merupakan barang haram sesuai dengan amandemen ke-18 Konstitusi Amerika Serikat.
Capone ternyata menunjukkan kebolehannya mengelola bisnis itu dan kemudian Torrio memberinya wewenang mengelola kawasan Cicero, pinggiran kota Chicago.
Tak seperti Torrio yang selalu di belakang layar, Capone amat dikenal karena berjuang keras mengendalikan Cicero dan bahkan pernah diadili karena percobaan pembunuhan yang gagal.
Pada 1925, Torrio ditembak empat kali oleh Bugs Moran dan Hymie Weiss yang terkait dengan seorang gangster yang dibunuh anak buah Torrio.
Artikel ini sudah dimuat di KOMPAS.com dengan judul: Hari Ini dalam Sejarah: Pembantaian di Hari Valentine