Namun berdasarkan catatan ia telah menunjukkan tanda-tanda tidak akan melaksanakan serangan teror.
Pertanyaan akan ditanyakan mengenai bagaimana Lakdim mampu untuk mendapatkan senjata dan melaksanakan serangan ketika ia telah dimonitor oleh aparat keamanan?
Sementara itu Beltrame, 44, berasal dari Brittany, di barat Prancis, dan mendapat gelar, pujian-pujian dan gekar kehormatan dalam dunia milter sepanjang karirnya.
Ia lulus dari Akademi Militer Saint-Cyr Perancis pada tahun 1999.
Ia tercatat sebagai anggota yang unggul dan siap untuk "berjuang sampai akhir dan tidak pernah menyerah".
Beltrame kemudian menjalani pelatihan untuk gendarmerie, termasuk untuk unit elit khusus intervensi, Groupe d'Intervention de la Gendarmerie Nationale (GIGN), misi yang termasuk terorisme dan penyelamat sandera.
Ia sempat dua tahun ke Irak, dan kemudian menghabiskan empat tahun sebagai bagian dari Garde Républicaine melindungi istana Elysée sebelum menjadi penasihat Khusus Sekretaris Jenderal Departemen ekologi Prancis.
Ia dipromosikan naik pangkat Letnan Kolonel pada tahun 2016.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Beltrame "meninggal melayani negara yang sudah diberikannya kepada begitu banyak orang. Dalam memberikan hidupnya untuk mengakhiri tindakan pembunuhan massal oleh teroris, ia telah menjadi seorang pahlawan."
Setelah mempersembahkan dirinya sebagai sandera, Beltrame mampu memasukkan telepon mobile untuk memungkinkan polisi dan pasukan khusus di luar supermarket mendengar apa yang sedang terjadi.
Ketika mereka mendengar tembakan, aparat keamanan menyerang masuk ke dalam supermarket, dan membunuh Lakdim. Serta segera mengevakuasi Beltrame yang terluka parah ke rumah sakit dengan helikopter. (The Guardian/AP/Aljazeera)