TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya diracun menggunakan racun saraf yang ditinggalkan di depan pintu rumah mereka di Inggris.
Demikian laporan polisi anti-terorisme Inggris kepada awak media.
Setelah penggunaan pertama kali racun saraf kelas militer di Eropa sejak perang dunia kedua, Inggris menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas percobaan pembunuhan terhadap mantan agen gandanya.
Sontak solidaritas Barat berupa gerakan mengusir diplomat Rusia pun terjadi.
Rusia membantah menggunakan Novichok--racun saraf yang pertama kali dikembangkan oleh militer Soviet itu--untuk menyerang Skripal.
Baca: Menlu Inggris Ingatkan Risiko Balas Dendam Rusia Terkait Pengusiran Diplomatnya
Moskow malah balik menuding pelakunya adalah agen rahasia Inggris yang berusaha untuk membingkai Rusia untuk menggiring opini anti-Rusia.
"Kami percaya Skripals pertama kali terkena racun saraf dari pintu depan rumah mereka, " kata Dean Haydon, Koordinator senior untuk kebijakan anti-terorisme.
Skripal dan putrinya berusia 33 tahun, Yulia, dalam kondisi kritis sejak ditemukan tak sadarkan diri pada 4 Maret lalu.
Seorang hakim Inggris mengatakan Skripal dan puterinya telah menderita kerusakan otak yang permanen.
Usaha pembunuhan Skripal (66 tahun), mantan Kolonel di intelijen militer Rusia itu, telah berdampak pada perang dingin hubungan Rusia dengan Barat.
Setelah Inggris mengusir 23 diplomat Rusia yang diduga sebagai mata-mata.
Rusia pun membalas dengan mengusir 23 diplomat Inggris dari Rusia.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, termasuk kebanyakan negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO, ikut mengusir diplomat Rusia.