Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, VIRGINIA - Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Perancis membantah klaim Rusia yang menyatakan bahwa pertahanan udara Suriah telah mencegat setidaknya 71 rudal jelajah yang ditembakkan oleh militer AS, Inggris dan Perancis pada Sabtu pagi, (14/4/2018).
Pentagon mengatakan tidak ada rudal mereka yang berhasil dipatahkan pertahanan udara negara yang dipimpin oleh Bashar al-Assad itu.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Minggu (15/4/2018), Dorektur Staf Gabungan Pentagon, Letnan Jenderal Kenneth Mckenzie menyampaikan hal itu pada konferensi pers Sabtu lalu.
"Tidak ada satupun pesawat atau rudal kami yang dilibatkan dalam operasi ini, berhasil dicegat pertahanan udara Suriah," kata McKenzie.
Ia menambahkan, tidak diketahui apakah ada korban sipil dalam serangan tersebut, namun pihaknya mencatat bahwa Suriah telah menembakkan sekitar 40 rudal ke udara, yang sebagian besarnya tidak diluncurkan hingga serangan dari sekutu itu berakhir.
"Saat anda menembakkan senjata itu begitu saja ke udara tanpa petunjuk, maka itu bisa saja jatuh dimanapun di suatu tempat (dan bisa menimbulkan korban jiwa)," jelas McKenzie.
Sebelumnya, para pejabat Perancis mengatakan bahwa mereka meyakini tidak ada satupun rudal mereka yang berhasil dicegat.
Letnan Jenderal Sergey Rudskoy menyampaikan bada konferensi pers yang digelar di Moscow pada Sabtu lalu, setidaknya ada 103 rudal jelajah termasuk Tomahawks yang ditembakkan ke sejumlah target di Suriah.
"Rusia telah sepenuhnya memulihkan sistem pertahanan di Suriah, dan itu terus berlanjut selama enam bulan terakhir," tegas Rudskoy.
Dikutip dari Kementerian Pertahanan Rusia, Suriah mengerahkan rudal buatan Rusia ke udara, termasul S-125, S-200, 2K12 Kub dan Buk untuk menghalau serangan.
Diantara mereka yang ditargetkan pada operasi yang dipimpin oleh AS itu adalah Bandara Militer Al-Dumayr yang berada di luar Damaskus.
Rusia mengklaim bahwa keseluruhan dari 12 rudal yang ditembakkan Amerika dan sekutunya ke bandara itu berhasil dicegat.
Dalam pernyataannya, Rudskoy mengkonfirmasi setidaknya satu kapal perang Angkatan Laut AS di Mediterania dan pelaku bom B-1 AS juga dilibatkan dalam operasi itu, juga gabungan dari pasukan pejuang Tornado Inggris.
Serangan yang dipimpin AS pada Sabtu kemarin itu terjadi setelah munculnya serangan senjata kimia yang dicurigai dilakukan oleh rezim Suriah di bekas markas pemberontak di Douma, pekan lalu.
Sementara itu, Angkatan Udara Kerajaan Inggris mengatakan empat jet tempur Tornado GR4 juga bergabung dalam operasi itu.
Sedangkan Perancis menyebut pihaknya telah mengerahkan jet tempur Mirage dan Rafale.
Pejabat Perancis menuturkan militernya telah menembakkan setidaknya 12 rudal ke Suriah.
Sebelumnya, Kantor Presiden Perancis Emanuel Macron menyampaikan Angkatan Udara negara itu menembakkan rudal dari jet tempur Mirage dan Rafale.
Pada Jumat lalu, Angkatan Laut AS mengatakan mereka memindahkan kapal rudal-Tomahawks tambahan.
Tomahawks diketahui bisa menimbulkan daya ledak seberat seribu pon di kisaran jarak 900 mil laut (1.667 km).
menurut laporan Pentagon pada 2016 lalu, cara kerja Tomahawks dipandu GPS yang memungkinkan untuk melakukan serangan presisi yang sangat akurat terhadap targetnya.
Di sisi lainnya, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan telah mengerahkan setidaknya empst Royal Air Force (RAF) Tornado GR4 dalam serangan tersebut.
Jet tempur RAF Tornado telah lepas landas dari pangkalan udara Inggris di Akrotiri, Siprus.
Pesawat tempur Tornado, mampu melemparkan bom yang dipandu melalui GPS, kemudian menembakkan rudal-rudal Brimstone dari udara ke darat, membawa rudal Storm seberat 2.860 pon, serta menembakkan rudal dari udara ke udara.
Pada April 2017, AS menargetkan pangkalan udara Suriah, negara yang diduga melakukan serangan senjata mematikan yang dituduhkan diluncurkan oleh rezim Assad terhadap warga sipil di kota Khan Sheikhoun.
Setidaknya 85 orang, termasuk anak-anak, dinyatakan tewas dalam serangan itu.
Pemerintah Assad dan sekutunya, Rusia, telah membantah tudingan tersebut dan menyatakan bahwa isu tersebut bohong.
Sumber: https://www.aljazeera.com/