Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW - Rusia, sebagai sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengecam Amerika Serikat (AS) atas serangan udara yang dilancarkan ke Suriah, seperti halnya Iran.
Meskipun hasil voting dalam pertemuan darurat Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menunjukkan perpecahan dukungan, ada negara yang meminta pihak yang terlibat konflik regional itu untuk menahan diri dan tidak melakukan serangan lanjutan, ada pula yang mendukung terjadinya serangan tersebut.
Dikutip dari laman Deutsche Welle, Minggu (15/4/2018), ratusan warga Suriah pro pemerintah turun ke alun-alun utama di Damaskus pada Sabtu pagi untuk menentang serangan udara yang diluncurkan pasukan AS dan sekutunya, Perancis dan Inggris pada malam sebelumnya.
Baca: Markas Militer Iran di Suriah di Bom Pesawat Tempur Tak Dikenal
Banyak diantara warga Suriah yang membunyikan klakson, mengibarkan bendera Suriah bersama dengan orang-orang yang berasal dari negara sekutu pemerintah, yakni Rusia dan Iran.
Baca: Minta Tolong Angkat Galon Air Mineral, Pemuda Ini Perkosa Tetangga Kamar Indekos
Hal itu karena kedua negara sekutu Suriah itu mengecam keras serangan udara presisi yang dilakukan AS dan sekutunya dan menganggap tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional.
Sementara itu, serangan udara tersebut telah meningkatkam peringatan dunia internasional atas kemungkinan terjadinya eskalasi konflik militer regional.
Beberapa negara di Timur Tengah serta organisasi internasional menyuarakan dukungan mereka untuk aksi udara yang dipimpin AS itu.
Rusia, sebagai negara pendukung utama Presiden Suriah Basha al-Assad, menyampaikan kecamannya setelah beberapa jam serangan tersebut dilakukan.
Dalam pernyataan yang disampaikan Gedung Kremlin pada Sabtu pagi, Rusia mengecam keras serangan AS dan sekutu terhadap Suriah dan mengklaim bahwa militer Rusia membantu pemerintah yang sah dalam perang melawan terorisme.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa serangan tersebut hanya akan memperburuk situasi kemanusiaan di negara Timur Tengah yang tengah dilanda perang itu.
Ia juga menyerukan ulang panggilan untuk menggelar pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB.