TRIBUNNEWS.COM - Sudah sejak 21 April 2018 lalu, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menghilang dari publik.
Ini dianggap sangat janggal mengingat posisinya sebagai Putra Mahkota.
Keberadaan orang terkuat di Kerajaan Saudi Arabia sesudah ayahnya yang jadi raja itu, menimbulkan aneka spekulasi.
Ada dugaan ia sudah meninggal.
Terutama lantaran ia menghilang dari penampilan publik dihitung sejak terjadinya insiden tembakan gencar di komplek kediaman raja di Riyadh, pada 21 April 2018.
Sejumlah video menunjukkan suara dentuman dan rentetan tembakan senapan kaliber berat memecah malam.
Penjelasan resmi pemerintah Saudi, pasukan keamanan menembaki drone (pesawat nirawak) yang terbang di atas kawasan terlarang di komplek istana raja.
Beberapa laporan media lokal di Teluk menduga insiden itu percobaan kudeta, bukan semata insiden penembakan pesawat nirawak melihat penggunaan senjata kaliber berat.
Menurut laporan yang diperoleh surat kabar Kayhan dan dikutip Sputnik, Jumat (18/5/2018) WIB, Pangeran MBS mendapat dua tembakan di tubuhnya.
Surat kabar Kayhan mengaku mendapatkan informasi itu dari sumber pejabat senior intelijen sebuah negara kawasan Arab.
Sedangkan laporan Press TV (Iran), ketiadaan foto maupun video baru Pangeran MBS sejak insiden misterius itu menunjukkan pertanyaan besar, di manakah dia kini?
"Mohammed bin Salman figur yang kerap muncul di media, namun absennya dia sejak peristiwa tembakan di Riyadh menimbulkan spekulasi besar terkait kesehatannya," tulis kantor berita Fars.
Meski otoritas Saudi tak memberikan tanggapan atas maraknya spekulasi nasib Pangeran MBS ini, termasuk mengklarifikasi isu percobaan kudeta di kerajaan itu akhir April lalu.
Namun, salah satu kerabat kerajaan pada 23 Mei 2018 lalu, mengunggah foto Mohammed bin Salman yang tampak sehat sedang menghadiri sidang kabinet di Jeddah.
Saat itu memang beberapa laporan media menyebut Raja Salman dievakuasi ke sebuah pangkalan militer King Khaled menyusul insiden tembakan gencar di komplek istana.
Pangeran MBS telah ditunjuk jadi Putra Mahkota oleh Raja Salman.
Penunjukan itu tidak lazim karena sebelumnya sudah ada Putra Mahkota yang jika raja mangkat.
Setelah mendapatkan kekuasaan besar, Pangeran MBS membuat gebrakan dengan menangkapi puluhan pangeran dengan tuduhan korupsi dan memperkaya diri.
Termasuk mereka yang ditangkap dan dijebloskan ke tahanan adalah Pangeran Al Waleed, sosok pengusaha yang ada di daftar orang terkaya di dunia
Ajakan kudeta
Salah satu pangeran Arab Saudi, Khaled bin Farhan, menyerukan kudeta untuk melengserkan Raja Salman.
Menurut Khaled, banyak anggota keluarga Kerajaan yang marah terhadap apa yang terjadi saat ini.
Pangeran Khaled sendiri merupakan keluarga jauh dari Raja Salman. Ia sudah diasingkan di Jerman sejak tahun 2013 lalu, karena membelot Kerajaan Arab Saudi
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan Middlle East Eye Khaled mengatakan, peraturan irasional, tidak menentu dan kurang masuk akal yang dilakukan Raja Salman sudah berada pada puncaknya.
Hal itu membuat sejumlah anggota keluarga kerajaan marah dan bila dibiarkan, bisa membuat Arab Saudi berada dalam masalah.
Oleh karena itu, Khaled menyerukan pada pamannya, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan Pangeran Muqrin bin Abdulaziz yang masih anak-anak Abdulaziz, untuk melakukan upaya pelengseran tahta Raja Salman.
"Jika Ahmed dan Muqrin menyatukan barisan, 99 persen dari anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan dan tentara akan berdiri di belakang mereka," jelas Khaled.
Saat ini, putra mahkota kerajaan Saudi diberikan pada Muhammad bin Salman (MBS).
Sebelumnya, Muqrin bin Abdulaziz juga pernah ditunjuk sebagai putra mahkota, tetapi digantikan oleh saudara laki-lakinya, Muhammad bin Nayef.
Penunjukan MBS sebagai putra mahkota ini tak terlalu disukai oleh sejumlah kalangan.
MBS dicurigai sebagai orang yang paling berperan dalam serangan militer Arab Saudi di Yaman, serta menangkap ratusan pangeran dan pengusaha dalam kampanye yang menurutnya antikorupsi.
Khaled juga mengklaim, salah satu saudara tertua Raja Salman yang masih hidup, Mamduh bin Abdulaziz, menunjukkan kebencian yang lebih luas dalam keluarga.
"Ada begitu banyak kemarahan dalam keluarga kerajaan," ujarnya.
Menurut Khaled, apa yang dilakukannya itu telah mendapat dukungan dari sejumlah pihak.(*)