Laporan Reporter Kontan, Khomarul Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) buka suara soal kematian wartawan senior dan juga kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Pemerintah Arab Saudi telah mengakui kematian Khashoggi. Menurut versi negeri kerajaan itu, Khashoggi tewas di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, karena terlibat perkelahian.
Khashoggi berkelahi dengan orang-orang yang bertemu dengannya di konsulat Istanbul yang menyebabkan kematiannya. Investigasi masih berlangsung dan 18 warga Saudi telah ditangkap.
"Saya pikir ini langkah pertama yang baik, itu langkah besar. Ada banyak orang, banyak orang yang terlibat, dan saya pikir itu langkah pertama yang hebat,” kata Trump kepada wartawan seperti dikutip Reuters.
Menurut Trump, Arab Saudi telah menjadi sekutu besar AS. "Apa yang terjadi tidak dapat diterima," ujarnya.
Baca: Pemerintah Arab Saudi Akhirnya Akui Jurnalis Jamal Khashoggi Tewas di Konsulatnya di Turki
Sebelum pengumuman Saudi tersebut, Trump mengatakan dia mungkin mempertimbangkan sanksi, meskipun ia juga tampak enggan untuk mengambil jarak terlalu banyak dari Saudi. Ini mengingat peran saudi dalam melawan pengaruh Iran di Timur Tengah.
Apalagi, Saudi merupakan pembeli senjata terbesar AS.
Baca: KIPP: KPU Lelet Bikin Aturan Iklan Kampanye Pilpres
Pasca pengumuman kematian Khashoggi, Gedung Putih menyatakan, mereka telah melihat pengumuman Saudi dan akan terus menekan untuk keadilan, transparan, dan sesuai dengan semua proses hukum.
Tetapi beberapa anggota parlemen AS menyatakan keraguan tentang penjelasan Saudi.
"Untuk mengatakan bahwa saya skeptis terhadap narasi Saudi yang baru tentang Tuan Khashoggi adalah sebuah pernyataan yang meremehkan," kata Senator AS dari Partai Republik, Lindsey Graham, sekutu Trump yang sangat kritis terhadap Arab Saudi atas insiden tersebut.
Senator Demokrat AS Richard Blumenthal mengatakan kepada CNN penjelasan Saudi benar-benar menentang kredibilitas dan menyerukan penyelidikan internasional atas kematian Khashoggi.