Mukadas juga mengakali seragam bola basket yang biasanya tak berlengan dan bercelana pendek.
Mukadas mengenakan pakaian olahraga tambahan yang panjang di bagian lengan dan kaki.
"Saya bermain bola basket mengenakan hijab dan menutupi lengan dan kaki saya sehingga saya tidak melawan budaya saya. Tahun lalu, FIBA mencopot larangan penggunaan tutup kepala untuk atlet perempuan profesional, karena terbukti tidak menimbulkan gangguan di olahraga," kata Mukadass yang juga mengajar anak-anak kecil membaca.
Mukadass Javaid telah menyumbangkan beberapa medali untuk sekolahnya.
Mukadass pertama kali bermain bola basket di sekolah dasar, ketika masih berusia enam tahun. Begitu masuk sekolah menengah, Mukadass mulai serius menekuni bola basket.
Mukadass sempat harus berlatih dengan siswa laki-laki karena tim perempuan di sekolahnya baru dibentuk di tahun ketiganya bersekolah.
"Waktu itu kami bermain melawan sebuah tim dari Inggris. Saya satu-satunya perempuan yang mengenakan tutup kepala dan setelah itu guru dari sekolah lawan datang dan bertanya bagaimana itu mungkin karena berolahraga mengenakan hijab adalah hal yang jarang terjadi di Inggris," tutur Mukadass.
Tak lama setelah itu departemen pendidikan jasmani mendirikan proyek Muslim Girls's Sport Project.
Mukadass terlibat di proyek itu sejak awal berdiri. Jadwal kegiatan rutin Muslim Girls's Sport Project digelar setiap Selasa pagi sebelum jam belajar mengajar mulai.
"Saya keliling ke semua majelis mengajak para perempuan untuk bergabung," kata Mukadass yang juga menjadi sukarelawan di Movement Park, sebuah lembaga amal di Glasgow yang menggunakan olahraga dan aktivitas gerak untuk memberdayakan komunitas.