Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SAO PAOLO - Sebuah proposal Presiden terpilih Brazil Jair Bolsonaro untuk merelokasi kedutaan besarnya di Israel, dari Tel Aviv ke Yerusalem, memicu munculnya beragam spekulasi.
Setelah keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah memindahkan kedutaannya ke Yerusalem beberapa waktu lalu, yang mendapatkan protes dari seluruh penjuru dunia.
Di antara mereka, ternyata ada yang mendukung namun banyak pula yang mengecam.
Keputusan Trump tampaknya akan diikuti Brazil yang tengah menggodok wacana relokasi kedutaannya.
Tentu saja jika Brazil benar-benar memindahkan kedutaannya, maka bisa diprediksi dapat memicu badai diplomatik di dunia muslim dan mengancam pasar 'utama' bagi perusahaan daging terbesar di dunia.
Hal itu karena sejauh ini Brazil dikenal sebagai negara pengekspor daging halal terbesar di dunia, yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan aturan Islam.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (9/11/2018), rencana Bolsonaro untuk memindahkan kedutaannya itu, memang secara otomatis akan memperkuat hubungan diplomatik dengan Israel.
Namun akan mengacaukan hubungan Brazil dengan Mesir serta menimbulkan masalah baru dengan negara-negara muslim lainnya.
"Reaksi akan muncul tidak hanya sebagai negara individu saja, namun juga atas nama seluruh dunia muslim," kata sumber diplomatik Turki yang enggan disebutkan namanya, kepada Reuters.
"Kami berharap Brazil bertindak menggunakan akal sehatnya, dan tidak berhadapan dengan dunia muslim".
Selama ini, Brazil diketahui telah mengekspor produknya senilai 16 miliar dolar AS setiap tahunnya ke Timur Tengah dan Turki.
Namun hanya 3 persen saja yang diekspor ke Israel, menurut statistik pemerintah.
Baca: Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten Minta Morrison Membuang Jauh Ide Memindahkan Kedutaan Australia
Lebih dari seperempat ekspor negara itu ke dunia muslim berupa daging.
Baik JBS SA yang merupakan produsen daging sapi top dunia, maupun BRF SA eksportir unggas nomor 1 Brazil, telah bertaruh besar pada meningkatnya permintaan untuk daging halal.
Brazil mengekspor lebih dari 5 miliar dolar AS daging halal per tahun, dua kali lipat dari yang diekspor saingan terdekatnya, Australia dan India.
Seperti yang disampaikan Salaam Gateway, yang merupakan kemitraan antara Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai dan Thomso Reuters.
Proposal Bolsonaro terkait pemindahan itu merupakan bagian dari perombakan kebijakan luar negerinya.
Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem pada Mei lalu menggerakkan gelombang protes di Timur Tengah.
AS pun hanya memiliki sedikit sekutu yang mau mengikuti jejaknya.
Sementara itu mendengar wacana Brazil, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Bolsonaro atas rencana tersebut dan menyebutnya sebagai 'teman'.
Namun, setelah Mesir secara tiba-tiba membatalkan kunjungan dari para Diplomat dan pemimpin bisnis Brazil pekan ini, Bolsonaro bimbang dan mengatakan keputusannya untuk relokasi itu belum final.
Namun ia telah menunjukkan bahwa dirinya menjadikan Trump sebagai 'contoh', secara terbuka ia mengagumi dan mengemulasi kekagumannya itu dalam gaya politik dan kebijakan luar negeri Brazil di bawah kepemimpinannya.
Seperti Trump, Bolsonaro juga melemparkan sindiran terhadap Tiongkok dalam jalur kampanyenya.
Ia memang telah melunakkan sikapnya sejak pemilu bulan lalu.
Namun Bolsonaro merendahkan 'tensinya' itu hanya di tengah lobi yang sedang diperjuangkan para Diplomat dan eksekutif Brazil yang ingin melindungi hubungan baik negara itu dengan mitra dagang terbesar mereka.