Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kesepian hidup di Jepang dan lemahnya komunikasi di dalam keluarga justru menjadi benih munculnya bisnis penyewaan keluarga di Jepang.
Seorang suami yang telah berpisah dengan istri dan anaknya mengakui kesepian dan menyewa istri dan seorang anak cantik yang sama sekali tak ada kaitan dan tak dikenal sebelumnya.
"Bisnis ini sejak April 2009 jadi April nanti tepat 10 tahun," ungkap Yuichi Ishii, Direktur Family Romance kepada Tribunnews.com, Sabtu (12/1/2019).
Menurutnya munculnya bisnis ini karena ada orang lain membutuhkan pertolongan.
Dulu temannya seorang wanita yang punya anak tetapi sudah cerai membutuhkan ayah untuk membesarkan anaknya.
"Dari sana muncul ide persewaan keluarga kepada masyarakat. Saya sendiri memiliki lisensi sebagai perawat. Dulu masuk sekolah khusus perawat dan orang tua juga pernah melakukan perawatan kepada orang lain sekitar 20 tahun lalu jadi saya tertarik bidang ini," kata dia.
Salah satu konsumen yang menggunakan jasanya tersebut juga mengungkapkan bahagianya setelah menyewa istri dan anak dari Family Romance.
"Ya saya kesepian. Tapi kalau ada istri dan anak di waktu makan malam, sama-sama makan seperti sebuah keluarga layaknya. Saya senang sehingga saya menggunakan jasa penyewaan keluarga Family Romance," ungkap seorang pengguna jasa perusahaan itu.
Baca: Enam Artis Diduga Terlibat Prostitusi Online, Inisial RF Bukan Roro Fitria
Biaya penyewaan per orang umumnya adalah 4.000 yen per 1 jam. Ditambah biaya transportasi 1.000 yen. Minimal sewa 2 jam menjadi 10.000 yen.
Jadi kalau sewa istri dan anak dua jam mengeluarkan uang 20.000 yen.
Separuh dari uang tersebut untuk pelaku dan separuh lagi untuk Family Romance.
Penyewa maksimal hanya boleh memegang tangan saja. Tidak boleh lebih dari itu.
"Namun kalau yang disewa memperkenankan dipeluk ya tak tahulah. Kita tidak melihat apa yang terjadi di lapangan. Hal itu dilarang," ungkapnya.
Dari 2000 orang staf perusahaan ini juga terdaftar ada orang Amerika, Inggris, dan China selain orang Jepang sendiri.
"Kalau orang asing misalnya Inggris biasanya untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada sang penyewa," ungkapnya.
Sampai saat ini belum ada orang Indonesia yang tinggal di Jepang terdaftar di database perusahaan itu.
Daftar staf perusahaan ini dari Hokkaido sampai Okinawa.
"Namun paling banyak terdaftar di Kanto sekitar 60 persen. Sisanya di Nagoya, Kansai dan Kyushu yang cukup banyak anggotanya," kata dia.
Sebanyak 2000 staf perusahaan tersebut terutama yang berada di Kanto (Tokyo dan sekitarnya) kadang ikut pelatihan yang harus diikuti perusahaan guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumennya.
Pelatihan diadakan beberapa kali dan dua minggu sekali dengan berbagai tema.
"Misalnya tema kehadirannya di pesta pernikahan, tema kehidupan keluarga saat makan malam bersama dan berbagai tema lainnya," ungkap pria lajang berusia 37 tahun ini.