TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Mengaku terlilit utang sebesar 60.000 yuan atau kurang lebih Rp 127 juta, seorang mahasiswi di wilayah tengah China menjalani dua pembedahan untuk menjual sel telurnya kepada agen kesuburan ilegal.
Ini menjadi kasus terakhir yang mengungkap adanya pasar gelap sel telur manusia yang sebagian besar didapat dari para mahasiswi.
Sel-sel telur itu kemudian dijual kepada pasangan suami istri yang "kurang subur" yang ingin mendapatkan anak.
Baca: Diperebutkan Dua Orang China, Merpati Balap Asal Belgia Akhirnya Laku Rp 20 Miliar
Dalam sebuah klip audio yang diperoleh situs berita Thepaper.cn, perempuan asal Wuhan di provinsi Hubei yang minta namanya tak disebutkan menceritakan bagaimana dia menjual 29 sel telurnya dalam dua prosedur terpisah.
Perempuan itu menambahkan, dia harus mendapatkan obat selama lebih dari 10 hari untuk merangsang ovariumnya sebelum sel-sel telurnya bisa diambil dalam prosedur pembedahan tanpa pembiusan.
Mahasiswi itu tidak menyebut seberapa banyak dia dibayar untuk sel telurnya.
Baca: Klub China-nya Sempat Bermasalah, Eks Pilar AC Milan Pergi
Dia hanya mengatakan punya utang sebanyak 60.000 yuan.
"Mereka memeriksa latar belakang pendidikan, status kesehatan, beberapa agen juga mempertimbangkan tinggi badan dan penampilan fisik," kata dia.
Menjelang kedua sesi pembedahan, mahasiswi ini menjalani pemeriksaan tiap beberapa hari sekali di rumah sakit.
Namun, dia mengatakan, prosedur pemeriksaan dilakukan di klinik milik agen ilegal itu.
"Pertama kali di Shanghai, saya diberi obat anti-radang selama tiga hari setelah pembedahan," kata dia.
"Kali kedua di Wuhan, saya diberi obat anti-radang selama empat hari," tambah dia.
Normalnya, seorang perempuan menghasilkan satu sel telur setiap bulan.
Baca: Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay Harus Jadi Turin Terlebih Dahulu di China Masters 2019
Obat-obat kesuburan dapat menyebabkan efek samping termasuk perubahan suasana hati, mual, dan meningkatkan risiko keguguran.
Meski secara hukum menjual sel telur adalah perbuatan ilegal di China, para perempuan bisa mendonasikan sel telurnya maksimal sebanyak tiga kali.
Institusi dan pekerja medis juga dilarang melakukan praktik "ibu pengganti", tetapi praktik ini marak di China dan mereka melakukannya secara diam-diam.
Menurut data dari The Global Burden of Disease Study pada 2017, angka perempuan mandul di China mencapai 2,700 untuk tiap 100.000 orang.
Sementara itu, data dari Asosiasi Populasi China memperkirakan jumlah pasangan suami istri mandul di China mencapai 10-15 persen dari jumlah penduduk.
Angka ini meningkat pesat dibanding dua dekade lalu yang hanya mncapai 3 persen saja. Pada 2017, seorang remaja di Guangdong nyaris tewas usai menjalani pembedahan demi menjual sel telurnya dengan harga 15.000 yuan.
Dia jatuh sakit selama tiga hari setelah menerima suntikan untuk merangsang ovariumnya dan harus dirawat di rumah sakit.
Dokter mengatakan ovarium remaja itu mengalami kerusakan parah akibat prosedur tersebut.
Dua staf agen kesuburan yang terlibat dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun dan 10 bulan karena melakukan praktik medis ilegal.
Penulis : Ervan Hardoko
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Terlilit Utang Rp 127 Juta, Mahasiswi di China Jual Sel Telur