Untungnya, istri Ghoneimy sempat menelepon mengabarkan dia tidak jadi datang karena harus menjemput anaknya dan juga anak temannya.
Mengetahui istrinya selamat, Ghoneimy dan jemaah yang berhasil selamat segera menuju sebuah rumah setelah si pemilik berteriak "Kemari, Kemari!"
Dia dan tiga jemaah yang selamat berusaha melapor ke polisi. Ghoneimy mengisahkan dia kesulitan meraih ponsel karena tangannya penuh darah.
Dia kembali menelepon istrinya untuk mengabarkan kondisinya, kemudian mencoba menghubungi teman-temannya untuk memastikan mereka selamat. Sayangnya, dua di antaranya tidak selamat.
"Saya tak pernah melihat mereka. saat itu fokus saya hanyalah satu, berusaha keluar," kenangnya.
Meski kehilangan dua temannya dan mendapat pengalaman menyeramkan itu, Ghoneimy menegaskan tujuan dari perbuatan si teroris tak tercapai.
"Saya merasa kami menang. Kelihatannya tujuan si pelaku adalah memisahkan Muslim dari warga lainnya. Namun yang terjadi sebaliknya," tutur Ghoneimy.
Baca: Selandia Baru Bakal Larang Penjualan Senapan Serbu dan Semi-otomatis
Alih-alih terpisah, ikatan Muslim dengan warga Selandia Baru lainnya menurut Ghoneimy semakin kuat.
"Kami menjadi keluarga besar saat ini," bebernya mantap.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : "Perasaan Saya Mengatakan Saya Bakal Hidup"