Tiga hal lain bersamaan atau mirip dengan yang tertulis pada kartu tersebut, berarti tiga bolong berturut-turut, kemungkinan besar si penelepon adalah penipu, maka kita harus sangat hati-hati.
Cara ketiga adalah tepat sekali dengan halusnya orang Jepang, seringkali sulit memutus pembicaraan orang yang pintar bicara.
Ada rasa sungkan untuk memutus pembicaraan dan akhirnya kita ikut alur pembicaraan orang tersebut.
Upaya memutus pembicaraan dengan menekan bagian yang paling tepat dari kotak kontrol oranye.
Misalnya pembicaraan mengenai tawaran jual beli sesuatu. Kita bisa menekan tombol yang akan bersuara nantinya, "Akan saya pertimbangkan dan bicarakan dulu dengan keluarga."
Saat kotak kontrol kita tekan, dekatkan dengan gagang telepon, maka lawan bicara akan mendengar suara tersebut dan pembicaraan akan segera berhenti.
"Biasanya lawan bicara akan langsung berhenti bicara dan tidak akan menelepon lagi," kata sang pencipta ide kotak kontrol suara tersebut polisi Nagano, Son Shinazawa.
Apabila si penelepon masih juga membandel, ada suara lain pula misalnya, "Nanti kami telepon polisi dulu ya." Serta berbagai ucapan dari kotak kontrol suara yang menarik.
Tinggal pencet tombol suara dan ucapan yang pas, lalu dekatkan dengan gagang telepon kita.
Penipuan di Jepang umumnya dilakukan kalangan mafia Jepang (yakuza) yang tersindikasi dengan baik serta umumnya dilakukan anak-anak muda yang terlatih dengan tujuan untuk mendapatkan uang sebesar mungkin.
Korban penipuan di kalangan lansia Jepang kini mencapai nilai puluhan bahkan mendekati ratusan miliar yen per tahunnya.
Telepon penipuan itu pun biasanya juga tidak hanya dari dalam Jepang, tetapi juga dilakukan dari luar Jepang dengan telepon internet sehingga sulit dilacak polisi.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.