Harga mobil terbang juga sesuai jumlah produksi. Makin banyak makin murah.
"Mungkin saja pada awalnya mahal karena belum produksi massal, jadi bisa dua kali lipat harganya," kata dia.
Uji coba di Fukushima September hanya diperkenankan dengan ketinggian sekitar 15-20 meter dan luas ruangan gerak sekitar 2-3 kali lapangan bola.
"Jadi memang cukup sempit untuk sebuah uji coba mobil terbang. Bagaimana kalau kita buat uji coba di Indonesia ya? Banyak ruangan kosong di Indonesia? Mungkin di Kalimantan atau di mana gitu?" tanya Nakai lagi.
Untuk produksi mobil terbang tersebut, perusahaannya juga membutuhkan uluran tangan para investor di mana saat ini mayoritas saham perusahaannya dari dirinya sendiri.
"Kalau ada investor mau beli saham kami untuk bisa menciptakan dana besar bagi pembuatan mobil terbang ya kami persilakan saja," kata dia.
Nakai yang masih berstatus mahasiswa tingkat Doktoral Universitas Tokyo tersebut menekuni bidang material.
"Kelebihan mobil terbang kami terutama karena lebih ringan dari model buatan produsen yang lain, lebih kuat memiliki power yang baik, serta tidak berisik seperti mobil terbang yang lain," kata dia menjelaskan perbedaan dengan yang lain.
Teknologi canggih yang dibuatnya itu dengan dasar antara lain penguasaan bidang roket serta saat ini spesialisasinya bidang material untuk bisa membuat mobil terbang seringan mungkin tetapi stabil dan baik untuk operasionalnya.