Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah hikikomori di Jepang saat ini mencapai sedikitnya 610.00 orang dari hasil penelitian dan survei kantor kabinet pemerintah jepang.
"Untuk mempertimbangkan antisipasi bagi apa yang disebut 'hikikomori', Partai Demokrat Konstitusional mengadakan pertemuan pertama tim kerja partai dan menyimpulkan proposal tentang cara dukungan kerja serta lainnya hari Rabu ini (19/6/2019)," ungkap sumber Tribunnews.com Rabu ini (19/6/2019).
Hikikomori adalah fenomena sosial di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial bahkan sampai 6 bulan terus menerus di dalam kamar dan rumahnya sendiri, tidak ke luar ke mana pun.
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, definisi hikikomori adalah orang yang menolak untuk keluar dari rumah, dan mengisolasi diri mereka dari masyarakat dengan terus menerus berada di dalam rumah untuk satu periode yang melebihi enam bulan.
Menurut psikiater Tamaki SaitÅ, hikikomori adalah "Sebuah keadaan yang menjadi masalah pada usia 20-an akhir, berupa mengurung diri sendiri di dalam rumah sendiri dan tidak ikut serta di dalam masyarakat selama enam bulan atau lebih, tetapi perilaku tersebut tampaknya tidak berasal dari masalah psikologis lainnya sebagai sumber utama." Pada penelitian lebih mutakhir, enam kriteria spesifik diperlukan untuk "mendiagnosis" hikikomori:
Hasil survei kantor kabinet Jepang terhadap usia 40 hingga 64 tahun, jumlah orang Hikikomori mencapai sedikitnya 610.000 orang di jepang.
Di sisi lain, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Hatsuka Akira, ketua tim kerja, mengatakan, "Kita perlu untuk memikirkan lebih lanjut langkah-langkah berdasarkan situasi saat ini di mana generasi hikikomori ternyata bukanlah remaja lagi."
Oleh karena itulah proposal usulan dibuat partai tersebut untuk dibahas lebih lanjut bersama dengan pihak lainnya termasuk pemerintah Jepang nantinya.