Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sevenpay Jepang kebobolan sekitar 55 juta yen sejak 2 Juli lalu. Akibatnya sebanyak 900 anggota Sevenpay tagihannya mendadak melonjak drastis
Sevenpay adalah kerja sama antara Seven iHolding (seven eleven) dengan NTT Docomo.
"Kita ketahui setelah ada komplain dari member tanggal 2 Juli lalu adanya sesuatu yang sangat aneh pada tagihannya," kata Kobayashi Tsuyoshi, CEO Sevenpay dalam jumpa pers, Kamis (4/7/2019).
Akibat kebobolan tersebut pembayaran semua konbini (convenient store) menggunakan SevenPay tak bisa dilakukan hingga hari ini Jumat (6/7/2019).
"Belum tahu sampai kapan tetapi sementara ini belum bisa dilakukan pembayaran menggunakan SevenPay, masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Secepatnya kami akan perbaiki sistem ini," tambah Kobayashi Tsuyoshi.
Penggunaan Sevenpay dari kartu kredit dan kartu debit yang diterbitkannya serta penggunaan bisa pula dilakukan lewat ponsel dengan seven sevenpay tersebut.
"Masih belum tahu kapan bisa menggunakan lagi," tambah Kobayashi.
Menurut kepolisian Jepang, dua warga China yang dituduh memalsukan dan menjebol sevenpay yaitu Jan Seong (22), pengangguran dan alamat tak diketahui serta Wang Yun Fei (25).
Pagi tanggal 3 Juli lelaki usia 40 tahunan belanja di Seven Eleven Shinjuku membeli 40 karton
electronic cigarette dengan harga sekitar 200.000 yen.
Baca: Anggaran Keamanan Cyber Jepang Sekitar Rp10,4 Triliun Tahun Lalu
"Keduanya membantah telah melakukan kejahatan tersebut," ungkap pihak kepolisian Jepang yang masih terus menyelidiki kedua tersangka.
Saat ini ada 21.000 toko seven eleven se-Jepang yang bisa menggunakan Sevenpay.
CEO Kobayashi juga menekankan setelah penyelidikan selesai dan terbukti ada kerugian member sevenpay, pihak perusahaan akan membayarkan kerugian tersebut.
"Kerja sama pihak Sevenpay juga dengan kepolisian Kojimachi dan markas besar kepolisian di Kasumigaseki khususnya tim cyber khusus kepolisian Jepang," tambah Kobayashi.