Tapi saya setia bersama dia walaupun kami pernah putus nyambung.
Dari dia kerja biasa saja hingga menjadi "ATM."
Saya mau bilang saya memang banyak habiskan uang untuk dia.
Seharusnya dia yang habiskan duit buat saya, bukan mau memperburuk suasana tapi biar dia ingat segala jasa dan bantuan yang saya berikan.
Bukan sedikit tapi beribu.
Jika memungkinkan saya tak berniat untuk membuka cerita ini.
Tapi saat saya meminta dia bayar hutang, dia mencoba menyangkal dan sepertinya tidak punya niat untuk membayar kembali.
Saya salah, semua biaya pertunangan kami saya yang beli semua persiapan seperti cincin, hantaran dan sebagainya.
Karena saya sayang dan kasian gajinya lebih kecil daripada saya tapi tak apa-apa karena saya sayang kan.
Mungkin saya akan terkesan jika pihak sana mau memutuskan pertunangan tanpa telepon atau datang sebagai tanda berakhirnya hubungan kami seperti saat mereka datang ke rumah saya di hari pertunangan.
Saya juga yang telepon dan bertanya tentang hubungan kami kepada ibunya dan jawabannya begitu mudah: 'Fauzi minta putus anggap sajalah tidak jodoh', tanpa tanya sebab kenapa atau apa-apa yang terjadi pada kami.
Kecewa, itu saja yang mampu saya ungkapkan.
Perjanjian pertunangan kami seharusnya setahun saja, tapi saat saya tanya pada dia kapan nikah, dia cuma jawab nanti.
Jika ditanya 'kapan memastikan tanggal nikah?', dia selalu jawab sambil lewat atau bilang tak ada uang.