News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Oposisi Gagal Jatuhkan PM Jepang Lewat Sakura no Miru Kai, Apa Itu Sakura no Miru Kai?

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PM Jepang Shinzo Abe di acara Sakura miru kai, awal April 2019 bersama Dewi Soekarno.

Kegiatan ini diselenggarakan di Shinjuku Gyoen sebagai salah satu dari 100 tempat melihat bunga sakura paling terkenal di Jepang, dengan 65 jenis dan sekitar 1300 bunga sakura.

PM Jepang Shinzo Abe dan Akie sang istri saat berhanami Sakura bersama para artis Jepang termasuk Dewi Soekarno di taman Shinjuku April 2019 lalu. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Banyak pengunjung datang dari akhir Maret hingga awal April ketika bunga sakura dalam kondisi terbaiknya.

Sebelumnya adalah "Cherry Blossom Viewing Party".

Pesta menonton bunga sakura ini adalah pada tahun 1881 (Meiji 14) di Istana Kekaisaran Fukiage, dan dari tahun 1883 (Meiji 16) hingga 1916 (Taisho 5) Hamarikyu, 1917 Dari 1980 (Taisho 6) hingga 1938 (Showa 13).

Kemudian lokasi dipindahkan ke Shinjuku Gyoen, dan semua di-host oleh Keluarga Kekaisaran untuk tujuan goodwill internasional.

Baca: Sudah 50 Tahun Aktif Berfilateli, Mengumpulkan Prangko Bentuk Lain dari Menabung

Baca: Menginap Hotel Termurah di Jepang Rp 16 Ribu Per Malam, Tamu Harus Live Streaming Semalaman di Kamar

Pada tahun 1952 (Showa 27), Shigeru Yoshida memulai "Pesta Melihat Bunga Sakura" (Sakura no miru kai) sebagai pesta yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri.

Tempatnya adalah Shinjuku Gyoen, seperti pesta menonton bunga sakura, tetapi taman telah diubah dari bekas taman kekaisaran menjadi taman nasional karena keputusan kabinet pada tahun 1947.

Tahun 1995 (Heisei 7) saat Gempa Besar Hanshin-Awaji dan juga saat Gempa Besar Jepang Timur 11 Maret 2011 serta juga 2012 disebabkan oleh respons terhadap peluncuran rudal balistik Korea Utara, maka Sakura no miru kai dibatalkan.

Masyarakat Jepang ber-hanami di taman Ueno di Tokyo serta papan larangan bagi pengunjung (kanan). (Koresponden Tribunnews/Richard Susilo)

Kritik telah diajukan sejak 2014 tentang jumlah undangan dan pengeluaran yang semakin meningkat, serta ketidakpastian standar undangan.

Pada 13 Mei 2019, di Komite Pengawasan Administratif Hasil Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Partai Komunis Jepang mengkritik, "Standar untuk tamu undangan benar-benar tidak jelas. Pengeluaran semacam ini tidak pernah dipahami oleh Sekretaris Negara, bagi kepentingan publik."

Kaitannya dengan UU Pemilihan Kantor Publik

Undang-Undang Pemilihan Kantor Publik melarang pemberian manfaat properti sebagai hadiah untuk memilih dan berkampanye, dan hiburan-hiburan sebagai hibah pasca-hadiah.

Dilarang atau didenda hingga 500.000 yen jika menggunakan dana sendiri, itu akan melanggar Undang-Undang Pemilihan Kantor Publik tentang parlemen partai berkuasa mengundang pendukung konstituensi mereka sendiri menggunakan slot rekomendasi mereka untuk melihat bunga sakura dengan minuman dan makanan gratis.

Berhanami, minum dan makan bergembira ria di bawah pohon Sakura di Taman Ueno Tokyo (Foto: Richard Susilo)

Kritik yang ada mempertanyakan moral pengundang, pemerintah Jepang yang mendatangkan tamu ke Sakuranomirukai, dianggap berlebihan, karena biaya tersebut menggunakan pajak masyarakat.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini