Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengatakan siap untuk melibatkan diri dalam negosiasi serius dengan Iran setelah kedua negara terlibat konflik.
Dilansir BBC, Amerika Serikat menyampaikan kepada PBB melalui surat bahwa serangan yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani adalah aksi membela diri.
Begitu pula penembakkan misil ke pangkalan udara tentara Amerika Serikat, disebut Iran kepada PBB sebagai aksi membela diri.
Baca: Sindiran Ali Mochtar Ngabalin Soal Konflik Natuna: Ente Punya Kekuatan Apa Perang dengan China?
Dalam surat kepada Dewan Keamanan PBB, Dutabesar AS untuk PBB Kelly Craft mengatakan AS siap bernegosiasi.
"Dengan tujuan untuk mencegah bahaya lebih lanjut terkait kedamaian internasional dan keamanan atau peningkatan oleh rezim Iran," ujar Kelly, seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/1/2020).
Serangan yang menewaskan Soleimani dibenarkan, tertulis dalam surat tersebut, bahwa berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB dibutuhkan laporan segera kepada Dewan Keamanan terkait setiap tindakan membela atau mempertahankan diri.
Baca: TNI Siapkan Kantor Atase Pertahanan Untuk Tempat Penampungan WNI Sementara di Iran
Surat dari AS juga mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan 'yang dibutuhkan' untuk melindungi personel dan kepentingan mereka di Timur Tengah.
Tetapi Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan tawaran AS untuk bernegosiasi sebagai sesuatu yang luar biasa.
Karena di sisi lain AS terus menegakkan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran.
Sementara itu, Iran juga mengutip Pasal 51 sebagai pembenaran atas serangan terhadap pangkalan AS dalam surat Iran kepada PBB.
"Teheran tidak berusaha meningkatkan situasi atau perang setelah melakukan aksi pertahanan diri dengan mengambil tindakan militer yang terukur dan proporsional menargetkan pangkalan udara AS di Irak," tulis Ravanchi dalam surat tersebut.
"Operasi ini tepat dan ditujukan untuk tujuan militer dengan tidak meninggalkan dampak kepada warga sipil dan aset sipil di area tersebut," tambahnya.
Warga Amerika ditarik keluar dari Irak
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad mendesak warganya keluar dari Irak usai serangan udara yang menewaskan jenderal Iran Soleimani pada Jumat (3/1/2019).
Peringatan keamanan itu dikeluarkan Kedubes AS pada Jumat pagi waktu setempat.
Kedubes AS menyatakan, warganya dapat menempuh sejumlah transportasi untuk segera keluar dari Irak, baik berangkat melalui maskapai penerbangan jika memungkikan, jika tidak bisa, menuju negara lain melalui jalur darat.
Seperti dikutip dari Reuters, desakan untuk menarik warga Paman Sam itu keluar lantaran terdapat kecaman balas dendam dari Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami untuk melancarkan penumpasan sebagai balas dendam.
Baca: Jenderal Qasem Soleimani Tewas di Tangan AS, Pemimpin Tertinggi Iran Bersumpah Akan Balas Dendam
Sebelumnya, selain Pemimpin militer Iran Qasem Soleimani, komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, juga tewas dalam serangan yang sama di Bandara udara di Baghdad.
Dikutip dari AFP, Pentagon menyatakan, serangan tersebut merupakan arahan dari Presiden AS Donald Trump.
Serangan rudal
Pemimpin militer Iran Qasem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat di Bandara udara di Baghdad, Jumat (3/1/2019).
Dikutip dari AFP, Pentagon menyatakan, serangan tersebut merupakan arahan dari Presiden AS Donald Trump.
Soleimani tewas saat hendak menuruni pesawat.
Baca: Sosok Mayor Jenderal Qassim Soleimani, Pimpinan Elite Iran yang Tewas, Dijuluki AS Musuh Tangguh
Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mendeklarasikan hari berkabung nasional selama tiga hari atas kematian Soleimani.
"Mereka yang membunuh Soleimani akan mendapatkan pembalasan yang sangat kejam," katanya.
Baca: Sosok Mayor Jenderal Qassim Soleimani, Pimpinan Elite Iran yang Tewas, Dijuluki AS Musuh Tangguh
Serangan ini terjadi dua hari setelah milisi Syiah Irak dan simpatisannya menyerang kedutaan besar (kedubes) Amerika Serikat di Baghdad.
Insiden itu merupakan balasan dari AS yang membombardir markas Kataib Hizbullah pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 25 orang.