News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Iran Vs Amerika Memanas

UPDATE Konflik Iran vs Amerika: Iran akan Ajukan Gugatan Internasional | Alasan Krisis Belum Mereda

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UPDATE Konflik Iran vs Amerika: Iran Akan Ajukan Gugatan Internasional | Alasan Krisis Belum Mereda

TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah update berita terbaru mengenai konflik yang terjadi antara Iran vs Amerika Serikat, di antaranya rencana Iran untuk menggugat Amerika serta Donald Trump ke Mahkamah Pidana Internasional.

Iran akan Ajukan Gugatan Hukum Internasional Terhadap Amerika Serikat dan Juga Donald Trump Atas Kematian Qassem Soleimani

Berdasarkan pemberitaan CNN yang menutip kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim (14/1/2020), Iran kini sedang berencana mengajukan guguatan kasus kriminal terhadap tentara Amerika Serikat, pemerintah, serta Presiden Donald Trump.

Gugatan tersebut diajukan ke Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court atau ICC).

"Trump secara pribadi telah mengakui memerintahkan tindakan kriminal," ujar juru bicara Peradilan Iran, Gholam Hossein Esmaeili, atas kematian Soleimani, kepada kantor berita Tasnim.

"Hal itu bisa menjadi bukti yang kuat untuk di pengadilan nanti."

"Tidak diragukan lagi aksi tentara Amerika adalah tindakan terorisme."

Gholam mengatakan kasus itu akan ditangani oleh pengadilan Iran yang ada di Irak di mana "aksi kriminal" terjadi serta di pengadilan pidana internasional.

"Proses mungkin akan sangat panjang, tapi kami akan mengejarnya hingga akhir," ucap Gholam.

"Bahkan Trump bisa dipanggil ke Iran dan dituntut sesuai dengan pasal 8 hukum pidana Islam."

30 Orang Ditahan dalam Aksi Protes Iran

Setidaknya 30 orang ditahan di Iran karena ambil bagian dalam tindakan yang disebut pemerintah Iran sebagai demonstrasi ilegal.

Dilansir CNN, juru bicara Peradilan Iran, Gholam Hossein Esmaeili berkata pada Selasa (14/1/2020) lalu bahwa aksi demonstrasi itu beresiko mengganggu keamanan negara.

"Kami tidak mempermasalahkan mereka yang berdemo dengan damai, namun ada aksi yang mengganggu keamanan nasional, kami tidak akan anggap enteng," ujar Gholam kepada FARS News Agency.

"Setidaknya 30 orang ditahan dalam aksi protes terakhir."

Krisis Antara Amerika dan Iran Belum Berakhir, Ini Alasannya

Minggu pertama awal tahun 2020 diawali dengan serangan terbuka Amerika Serikat terhadap seorang pemimpin militer sejak terjadinya Perang Dunia II.

Tokoh pemimpin militer Iran, Qassem Soleimani tewas terkena tembakan drone oleh Amerika.

Terbunuhnya Soleimani berujung pada tragedi-tragedi lain.

Di antaranya jatuhnya pesawat komersil Ukraine Airlines yang secara tak sengaja ditembak oleh tentara Iran karena mengira pesawat tersebut adalah pesawat musuh.

Akibat serangan rudal tersebut, semua 176 orang yang berada di dalam pesawat meninggal dunia.

Dalam sebuah "pengakuan kesalahan" di Iran pada Sabtu (11/1/2020) lalu, Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh selaku komandan unit yang bertanggung jawab mengatakan, "Saya berharap saya sudah mati," saat ia sadar unitnya telah melakukan kesalahan.

Ukraina menuntut penyelidikan penuh dan kompensasi bagi para korban, yang sebagian besar merupakan warga Iran, Kanada, dan Ukraina.

Kini, belum ada kelanjutan tentang bagaimana keluarga penumpang dan awak pesawat diberi kompensasi atas insiden tersebut, serta jalan keluar atau kesepakatan yang mungkin dicapai antara Amerika dan Iran demi menyudahi krisis yang berkepanjangan.

TIMELINE KRISIS IRAN VS AMERIKA BEBERAPA MINGGU TERAKHIR

Seperti yang dilansir CNN.com, berikut adalah rangkuman krisis antara Iran dan Amerika yang sedang memanas di Timur Tengah dalam beberapa minggu terakhir.

27 Desember 2019

Sebuah roket yang dipercaya berhubungan dengan kelompok milisi Iran, membunuh seorang kontraktor Amerika Serikat.

Kelompok milisi tersebut dipercaya merupakan kelompok yang didukung oleh Pengawal Revolusi Iran atau Korps Garda Revolusi Islam.

Penyerangan roket tersebut terjadi di dekat markas Kirkuk, Irak.

Selain seorang kontraktor AS yang tewas, beberapa personel militer Irak dan juga AS terluka.

29 Desember 2019

Menurut Pentagon, Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap 5 fasilitas di Irak dan Suriah yang dikontrol oleh grup militer Shiah yang bernama Kataib Hezbollah.

Kataib Hezbollah merupakan grup milisi yang dicurigai AS sebagai dalang serangan roket yang terjadi di Kirkuk pada 27 Desember lalu.

31 Desember 2019

Aksi protes dilakukan kelompok pro-Iran atas serangan udara yang dilakukan Amerika.

Kantor kedutaan AS di Baghdad diserang massa.

Massa memanjat dinding dan memaksa membuka gerbang.

Baca: Beredar Video Detik-detik Jatuhnya Pesawat Boeing yang Tewaskan 176 Orang di Iran, Ada Kobaran Api

3 Januari 2020

Jenderal top Iran, Qasem Soleimani tewas dalam serangan udara di Iran.

Serangan tersebut adalah atas perintah presiden AS, Donald Trump.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan serangan udara itu memutuskan "potensi serangan" yang ada di wilayah tersebut yang bisa membahayakan nyawa warga Amerika.

Setelah serangan itu, AS mengumumkan akan mengerahkan ribuan pasukan tambahan ke Timur Tengah.

5 Januari 2020

Penasihat militer untuk Pemimpin Tertinggi Iran mengatakan aksi balas dendam negaranya atas pembunuhan Qasem Soleimani merupakan bentuk "respons militer."

8 Januari 2020

Rabu pagi waktu setempat, rudal balistik Iran menyerang dua pangkalan pasukan AS di Irak, sebagai bentuk pembalasan tewasnya Soleiman.

Beberapa jam setelahnya, sebuah pesawat komersil Ukraina jatuh akibat tak sengaja ditembak Iran dengan rudalnya.

Iran ajak pihak luar baik Boeing, Ukraina, dan lainnya untuk investigasi dan membuka kotak hitam atas insiden jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines (Kolase Foto (WNA dan Wikimedia))

Baca: Iran Akhirnya Akui Telah Tak Sengaja Tembak Ukraine Airlines dengan Rudal, Dikira Pesawat Musuh

Di hari yang sama, Presiden AS Donald Trump mengungkapan penyerangan tersebut merupakan aksi lanjutan Iran.

Trump menyatakan akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang "kuat" dan "menghukum" terhadarp Iran.

AS akan menahan diri untuk tidak melakukan aksi militer.

Meski begitu, Trump menyatakan akan menyerang balik jika Iran kembali menyerang AS.

9 Januari 2020

DPR Amerika Serikat menerima resolusi Kekuatan Perang Iran dengan hasil voting 224-194.

Resolusi tersebut bertujuan menahan Presiden untuk menggerakkan aksi militer terhadap Iran tanpa persetujuan kongres.

10 Januari 2020

Donald Trump mengklaim bahwa Soleimani telah menargetkan 4 kedutaan besar sebelum ia terbunuh.

11 Januari 2020

Iran akhirnya mengakui bahwa pihaknya telah tak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraine Airlines yang menewaskan 176 orang.

Iran menyebut adanya kesalahan manusia atau human error dalam insiden tersebut.

Pengakuan Iran memunculkan aksi demo masyarakat yang menuntut keadilan.

Kerumunan orang berkumpul di ibukota Teheran untuk memperingati para korban.

Mereka juga memprotes menyerukan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk turun dan serta menunutut pihak-pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Ukraine Airlines.

12 Januari 2020

Pangkalan udara Al Balad di Baghdad, Irak diserang roket.

Setidaknya 4 tentara Irak terluka.

14 Januari 2020

Iran berencana mengajukan gugatan pidana internasional pada Amerika atas terbunuhnya Qassem Soleimani.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini