TRIBUNNEWS.COM - Wanita asal China ini makan nasi, cabai, dan roti kukus sesekali selama bertahun-tahun demi bisa berhemat.
Ketiga makanan tersebut menjadi menunya setiap hari hingga lima tahun.
Melansir dari AsiaOne, wanita China bernama Wu Huayan tersebut berhemat demi bisa membayar tagihan medis saudaranya.
Alasannya tersebut sungguh mulia.
Namun, sikapnya yang tidak memperdulikan kesehatannya ini justru berdampak menyedihkan bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan informasi, Wu Huayan (24) meninggal dunia karena kekurangan gizi selama bertahun-tahun demi bisa berhemat.
Wu Huayan meninggal di sebuah rumah sakit di Guizhou pada Senin (13/1/2020), lalu.
Karena kekurangan gizi, mengakibatkan tubuh Wu Huayan sangat kurus dan menderita beberapa masalah kesehatan.
Sebelumnya, Wu Huayan kehilangan sang ibu saat usianya 4 tahun.
Kemudian, kehilangan sang ayah pada usia 18 tahun.
Wu Huayan berhemat demi bisa memberikan perawatan medis kepada saudaranya yang menderita psikosis intermiten.
Ia bertahan hidup dari hibah kesejahteraan sebesar Rp 600 ribu.
Dari jumlah tersebut, ia berhemat demi bisa menabung.
Selama beberapa tahun, Wu Huayan selalu melewatkan sarapan pagi dan makanan sehari-harinya adalah nasi dan cabai.
Diketahui, Wu memiliki tinggi sekitar 1,35 m dengan berat hanya 21,4 kg.
Wu mulai merasa dirinya tidak sehat pada 2018.
Bahkan, kakinya bengkak, kesulitan tidur, dan badannya merasa lesu.
Rambut di kepala dan alisnya pun mulai rontok.
Meskipun sudah merasa tidak sehat, namun Wu mengabaikan semua gejala dan tidak pergi ke dokter.
Hingga pada akhirnya sebuah penggalangan dana membantu Wu untuk bisa berobat.
Wu Huayan pertama kali diberitakan pada Oktober tahun lalu, terkait penggalangan dana untuk operasi katup jantungnya.
Ia membutuhkan dana hampir Rp 400 juta.
Saat itulah, Wu didiagnosis dokter menderita penyakit katup jantung dan harus dioperasi.
Dari empat katup jantungnya ada tiga yang tidak berfungsi.
Penggalangan dana untuk operasi Wu pun melampaui target.
Namun, Wu tidak dapat dioperasi karena ia memiliki berat badan yang kurang.
Wu tercatat sebagai siswa tiga tahun di GuiZhou Forerunner College.
Untuk menambah penghasilannya selain dari beasiswa, Wu juga bekerja membersihkan pendingin air di asrama.
Meski sudah mendapatkan sumbangan secara online, namun Wu ragu menerima sumbangan tersebut, karena takut menyusahkan orang lain.
"Saya tidak seperti anak-anak lain yang bisa meminta uang kepada orangtuanya, Saya tidak punya (orangtua)," jelasnya Wu dikutip dari AsiaOne.
Saat dirawat di rumah sakita tahun lalu, Wu juga menyampaikan kepada wartawan supaya dirinya bisa kembali bersekolah.
Wu bercita-cita menjadi seorang akuntan di sebuah bank.
Wu mengatakan kepada wartawan:
"Saya berharap untuk pulih dengan cepat."
"Saya harus mengikuti ujian tahun depan."
"Saya ingin memiliki pekerjaan saya sendiri dan mendapatkan penghasilan saya dengan dua tangan saya sendiri."
(Tribunnews.com/ Ayumiftakhul)