TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini viral di media sosial video aksi seekor babi melakukan bungee jumping.
Dilansir South China Morning Post, atraksi tersebut merupakan pembukaan wahana baru sebuah taman hiburan di China.
Dalam video yang beredar, tampak sekelompok pria yang membopong babi itu menggunakan tali dan bambu.
Mereka membawa babi itu ke puncak wahana bungee jumping.
Agar tidak memberontak, mereka mengikat kaki-kaki babi itu dengan tali.
Tak hanya mengingatnya, mereka juga mendandani babi dengan jubah ungu agar babi tampak cantik.
Selanjutnya mereka mengikatkan babi ke tali bungee.
Karena keempat kakinya terikat, mereka harus menyeret babi itu ke ujung wanaha.
Babi seberat 75 kilogram itu lalu dilemparkan ke udara dengan ketinggian 70 meter.
Dalam video terdengar suara jeritan babi seperti ketakutan.
Namun bersamaan dengan babi itu 'terbang' di udara, justru terdengar tawa para penonton.
Peristiwa itu menimbulkan pro dan kontra.
Sejumlah warganet yang menyaksikan atraksi itu sama sekali tidak mengatahui apa yang membuat para penonton tertawa.
“Saya tidak melihat sesuatu yang lucu di dalamnya,” komentar seorang warganet di Weibo.
“Mengapa ada orang yang tertawa? Hanya karena binatang itu tidak bisa mengungkapkan rasa takut, bukan berarti ia tidak takut,” tulis warganet lainnya.
Mereka justru berharap pemilik taman hiburan yang melakukan aksi itu.
Dikutip dari situs Asiaone, berdasarkan laporan Thecover.cn, pemilik taman hiburan tersebut memberikan klarifikasinya.
Alasan pemilik taman hiburan menggunakan babi untuk melakukan lompatan pertama karena melambungnya harga daging babi setahun belakangan.
"Ini hari pembukaan kami hari ini."
"Kami membiarkan babi melakukan lompatan pertama karena harga daging babi sangat tinggi tahun ini dan baru-baru ini mereka turun sedikit," katanya.
Seperti diketahui, daging babi merupakan salah satu makanan pokok di China.
Namun karena wabah demam babi sejak Agustus 2018 silam, harga babi mendadak melambung.
Selain itu, pemilihan babi sebagai atraksi pembuka juga sebagai simbol akan berakhirnya tahun babi.
Setelah menerima komentar pedas dari masyarakat, taman akhirnya mengakui apa yang mereka lakukan.
Mereka juga berjanji untuk memperbaiki diri dan tidak mengulang hal serupa.
Melansir BBC, setelah kejadian itu babi tersebut dikirim ke rumah jagal.
Organisasi perlindungan hewan Peta mengutuk insiden tersebut.
Wakil presiden senior Peta, Jason Baker mengatakan jika binatang juga memiliki rasa sakit dan ketakutan yang sama dengan manusia.
Meski di China tidak ada undang-undang yang mengatur soal perlindungan binatang, namun insiden ini seharusnya tidak dilakukan.
"Babi mengalami rasa sakit dan ketakutan dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan,
dan aksi PR menjijikkan ini harus ilegal," ujar Jason Baker kepada BBC News.
Baker menambahkan, reaksi kemarahan publik seharusnya menjadi peringatan bagi pembuat kebijakan.
"Respons kemarahan publik China harus menjadi peringatan bagi pembuat kebijakan China untuk segera menerapkan undang-undang perlindungan hewan," pungkas Baker.
Simak videonya berikut ini:
(Tribunnews.com/Bunga)