News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pasar Ini Diduga Jadi Pusat Penyebab Wabah Virus Corona, Jual Daging Ular hingga Tikus Ilegal

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah pasar di China diduga menjadi pusat penyebab wabah virus Corona. Pasar tersebut menjual daging ular hingga tikus ilegal.

TRIBUNNEWS.COM - Pasar di China diduga menjadi pusat awal penyebab wabah virus Corona.

Pasar tersebut adalah Pasar Seafood Huanan, yang terletak di pusat kota Wuhan, China.

Pemerintah China mengatakan, virus Corona berasal dari satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar tersebut.

"Penyebab virus Corona yang baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar seafood Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.

Kini, Pasar Seafood Huanan resmi ditutup dan berada di bawah pengawasan pemerintah.

Pasar Huanan sekarang diberi label sebagai "ground zero".

Sebelumnya, dilansir South China Morning Post, Pasar Seafood Huanan tak hanya menjual makanan laut biasa.

Sejumlah 112 daging hewan liar juga dijual di sana.

Sebuah pasar di Wuhan, China, diduga menjadi pusat penyebab wabah virus Corona. Pasar tersebut menjual daging ular hingga tikus ilegal. (Twitter @muyixiao)

Hewan liar itu seperti ular, kucing, rubah hidup, buaya, anak anjing, serigala, dan salamander raksasa.

Bahkan, ular, tikus, burung merak, landak, koala, dan daging buruan juga dijual.

Hewan-hewan tersebut disembelih, dibekukan, kemudian dijual.

Harga yang dapat disebut seperti daging koala, yang dijual senilai 70 Yuan atau sekitar Rp 137 ribu.

Sebuah pasar di Wuhan, China, diduga menjadi pusat penyebab wabah virus Corona. Pasar tersebut menjual daging ular hingga tikus ilegal. (Twitter @muyixiao)

Seorang pemangku kepentingan asal China yang berada di Inggris mengatakan, dirinya ragu jika daging yang dijual adalah legal.

"Saya ragu jika orang di sana bisa menyelundupkan mereka (satwa liar) ke China," ujarnya.

Laporan lain mengungkapkan, landak dijual lengkap dengan kandangnya sejak hewan tersebut datang ke pasar.

Disinyalir, telah terjadi perdagangan hewan liar di China.

Namun, permintaan akan daging hewan liar tinggi.

Permintaan akan makanan lezat dan bahan obat tradisional menjadi alasannya.

Hu Xingdou, seorang ekonom politik independen, mengatakan bahwa kecintaan orang-orang Tionghoa untuk memakan satwa liar berdasarkan pada budaya, ekonomi, dan politik yang telah mengakar.

"Sementara orang Barat menghargai kebebasan dan hak asasi manusia lainnya, orang-orang Tiongkok memandang makanan sebagai kebutuhan utama mereka karena kelaparan adalah ancaman besar dan bagian yang tak terlupakan dari sejarah nasional," terangnya.

Meskipun banyak kota, termasuk Guangzhou, Shenzhen, dan Beijing, telah melarang penjualan unggas hidup, pasar seperti itu masih menyebar di penjuru Negeri Tirai Bambu.

Baca: Kenali Ciri-ciri Demam yang Disebabkan Virus Corona, Dari Batuk, Sesak Nafas Hingga Jadi Pneumonia

Baca: 2.258 Wisatawan Tiongkok Berkunjung ke Riau, Dinkes Belum Temukan Kasus Virus Corona

Pelanggan di pasar daging di China, pada 22 Januari 2016. (Edward Wong / South China Morning Post)

"Makan makanan dari hewan atau tanaman langka telah menjadi standar sosial sendiri bagi sebagian orang," tambah Hu.

Di dalam pasar, satwa liar, baik eksotik maupun ternak, yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda, disatukan di satu tempat.

Kondisi itu menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit dan inkubator bagi banyak virus untuk berevolusi.

Alhasil, hal itu berdampak pada biodiversitas dan memicu penyebaran penyakit.

Virus pun menular ke manusia.

Sebelumnya, penelitian menunjukkan, virus Corona ditularkan dari ular ke manusia.

Namun, penasihat medis pemerintah, Zhong Nanshan, juga mengidentifikasi luwak dan tikus sebagai sumber virus Corona yang memungkinkan.

Beberapa penderita awal virus Corona adalah pedagang pasar yang bersentuhan dengan unggas dan daging yang dijualnya.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini