TRIBUNNEWS.COM - Aprilia Mahardini, seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang tengah melanjutkan pendidikan di Wuhan, China, membeberkan kondisi terbarunya setelah virus corona merebak.
Aprilia menyebut ia dan 11 mahasiswa lainnya terisolasi di dalam kamar asrama dan hanya diperkenankan keluar kamar jika ada kebutuhan yang sangat mendesak.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Aprilia melalui sambungan video call dengan sang ayah, Trisuto, yang diunggah YouTube tvOneNews, Senin (27/1/2020).
Diketahui, Aprilia merupakan warga Desa Tanggul, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Aprilia mendapat beasiswa hingga bisa melanjutkan pendidikan di China.
Dari 12 mahasiswa yang ada di Wuhan, sembilan di antaranya S1, sedangkan sisanya S2.
Dalam sambungan video call dengan sang ayah, Aprilia membeberkan bahwa kondisi dirinya dan teman-teman masih aman.
Ia menyebut pihak kedutaan dan kementerian dari Indonesia terus memantau keamanan WNI di sana.
"Alhamdulillah masih aman, karena pihak kita pihak Pehimpunan Mahasiswa Tiongkok di Wuhan bersama dengan KBRI dan Kemenlu semuanya juga selalu berkoordinasi," ungkap Aprilia.
Aprilia dan teman-temannya diimbau untuk tidak keluar kamar kecuali ada kepentingan mendesak.
"Jadi kita di sini juga diimbau kalau memang tidak ada kepentingan yang mendesak lebih baik tetap berada di dalam kamar," ujar Aprilia.
Jika sampai ada kepentingan mendesak, Aprilia menyebut harus ada kewaspadaan dengan mengenakan masker penangkal virus corona.
"Nah kalau pun ada kepentingan yang mendesak, dan mengharuskan kita untuk keluar, kita harus selalu memakai masker khusus, masker yang dikhususkan untuk menangkal virus itu," terangnya.
Selain dari perwakilan pemerintah Indonesia, pihak kampus Aprilia juga memfasilitasi mahasiwanya dengan masker dan sabun cuci tangan.
"Dan di sini kampus juga memberikan tindakan preventif seperti pembagian masker, lalu pembagian sabun cuci tangan secara gratis," ujar Aprilia.
Sementara itu, Trisuto hingga saat ini masih sangat khawatir akan kondisi putrinya meski dinyatakan masih aman.
"Harapan saya sih sebagai orangtua ya, yang namanya orangtua kan ada juga perasaan khawatir," ujar Trisuto.
Trisuto mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan mahasiswa Indonesia yang berada di China.
"Dari pihak KBRI maupun Kemenlu, kalau memang sifatnya itu sudah mengkhawatirkan seperti itu, sebaiknya dengan cara apa pun harus ada jalur evakuasi," pinta Trisuto.
"Bagaimana pun juga saya sebagai orangtua selalu kepikiran terus," sambungnya.
Berikut video lengkapnya:
Jokowi: Pemerintah Lakukan Pencegahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto untuk melakukan langkah pencegahan penyebaran virus Corona.
Hingga kini, pemerintah sudah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas berupa ruang isolasi.
Dalam Instagram @jokowi, Senin (27/1/2020), pasien yang diprioritaskan menempati ruang isolasi adalah mereka dengan gejala peyakit paru-paru dan saluran pernapasan lain.
"Kita telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan dengan fasilitas ruang isolasi terhadap pasien dengan gejala penyakit di paru-paru dan saluran pernapasan lain," ungkap Jokowi.
"Seperti RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, dan rumah sakit-rumah sakit lain di Jakarta dan berbagai daerah."
Selain itu, Jokowi juga memerintahkan jajarannya untuk memperketat pengawasan di bandara, khususnya para pendatang dari negara yang sudah terjangkit virus corona.
"Sebagai langkah preventif, pemerintah telah memperketat pengawasan di bandara untuk mendeteksi dan memantau penumpang yang datang, terutama dari negara-negara yang diperkirakan telah mengkonfirmasi kehadiran virus baru ini." tulis Jokowi.
Berbagai tempat keluar masuk Indonesia harus difasilitasi dengan alat pendeteksi suhu tubuh.
"Sebanyak 135 thermo scanner telah diaktifkan di 135 pintu masuk negara baik darat, laut maupun udara," tulis Jokowi.
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)