TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Meluasnya virus Corona di China kini telah menjadi ancaman internasional, bahkan wabah ini disebut-sebut mampu memangkas permintaan minyak hingga 260.000 barel per hari.
Hal itu memicu terjadinya penurunan harga hampir 3 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, seperti yang disampaikan Goldman Sachs.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (27/1/2020), sebagian besar kerugian ini datang dari turunnya permintaan terhadap bahan bakar jet, karena risiko penularan penyakit mematikan ini tentu saja membuat wisatawan tidak bisa naik pesawat.
Baca: Live Video Pembangunan Rumah Sakit di Wuhan untuk Hadapi Virus Corona, Ditargetkan Selesai 10 Hari
Virus Corona umumnya terdapat pada hewan, namun dalam kasus terbaru ini mampu melompat dan menularkan kepada manusia, penyakit ini mirip seperti virus SARS yang mewabah bertahun-tahun silam.
Sejak virus ini mewabah, ratusan orang didiagnosa telah terinfeksi dan otoritas kesehatan di seluruh dunia kini meningkatkan status siaga.
Efek penyakit ini pun ternyata berdampak pada harga minyak.
Sebelumnya, maskapai penerbangan Asia mencatat terjadi penurunan lalu lintas tahunan sebesar 8 persen, menurut Data Asosiasi Transportasi Udara Internasional.
Namun, maskapai lainnya tidak terlalu terpengaruh terhadap adanya virus semacam SARS ini.
Sementara efek aktual pada permintaan untuk bahan bakar jet dan minyak mentah akan terbatas.
Ketidakpastian terkait prospek permintaan ini tentunya dapat mendorong turunnya harga.