TRIBUNNEWS.COM - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana Muda TNI (Purn.) Soleman Ponto menyebut virus corona bisa masuk dalam kriteria senjata biologis.
Soleman menyebut bahwa ada kemungkinan senjata biologis itu akan berdampak di tubuh korban selama dua minggu, yang mana seperti virus corona dengan masa inkubasi 14 hari.
Dilansir Tribunnews.com, hal itu dijelaskan Soleman dalam SAPA INDONESIA MALAM tayangan YouTube KOMPASTV, Rabu (28/1/2020).
Setelah virus corona merebak di awal tahun 2020, banyak dugaan tentang sumber virus ini, yang di antaranya sebagai senjata biologis China yang tak sengaja tersebar.
Sebelumnya, Soleman menjelaskan senjata perang itu umumnya ada tiga, yakni nuklir, kimia, dan biologis.
Soleman berpendapat senjata biologis adalah senjata jenis baru yang selama ini belum pernah digunakan dalam perang.
Ia menjelaskan senjata biologis memiliki berbagai desain, tidak selalu pasukan lawan langsung lumpuh seketika.
"Senjata biologis itu baru? Dan itu disampaikan ketika misalnya terjadi perang, itu kemudian disebarkan maka kemudian terinfeksi semua lawan itu?" tanya pembawa acara Aiman Witjaksono.
"Iya, semua pasukan yang dikasih itu terinfeksi semua. Ya mungkin diharapkan ada yang mati sambil tidur, tergantung apa desainnya si senjata biologis itu sendiri," jawab Soleman.
Soleman menjelaskan adanya kemungkinan senjata biologis yang mematikan lawan dalam waktu yang relatif lama.
Hal ini kemungkinan ditujukan agar pihak pemilik senjata biologis tidak ketahuan, yang nantinya bisa diseret ke pengadilan internasional.
"Bayangan saya senjata biologis berarti harus sifatnya cepat menyebar, dan kemudian cepat terinfeksi, dan kemudian cepat untuk kemudian lemah?" tanya Aiman.
"Belum tentu. Bisa saja dia kasih didesain untuk dua minggu, tiga minggu. Supaya kan tidak kelihatan sedang dipakai untuk apa," terang Soleman.
"Karena yang menggunakan itu akan menyembunyikan, karena penggunaan senjata chemical dan biologis ini termasuk kejahatan perang," sambungnya.
"Bisa dimasukkan ke Mahkamah Internasional kalau ketahuan?" tanya Aiman.
"Iya, kalau ketahuan masuk dalam pengadilan internasional. Dua ini yang masuk dalam kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan," jawab Soleman.
Mendengar jawaban soal respons dua minggu setelah terinfeksi virus, Aiman mengaitkan ini dengan fakta bahwa masa inkubasi virus corona juga dua minggu.
"Artinya, masuk logika ketika virus corona ini masuk senjata biologis, karena masa inkubasinya 14 hari, dua pekan?" tanya Aiman.
"Yang sekarang kan dua pekan, tapi kan kita tidak tahu dia mau didesain berapa lama, kan belum tahu," ujar Soleman.
"Ini dengan asumsi virus ini adalah untuk senjata biologis," tegasnya.
"Artinya kalau memang virus corona digunakan senjata biologis, masuk kategorinya itu? Bisa bagian dari senjata biologis?" tanya Aiman.
"Mungkin juga tidak, tapi kalau seandainya digunakan senjata biologis masuk kriteria?" sambungnya.
"Bisa saja. Karena kecepatan dalam inkubasinya begitu cepat," jawab Soleman.
Soleman Bandingkan dengan Gas Klorin Nazi Jerman
Dalam tayangan tersebut, Soleman sempat menjelaskan masing-masing contoh ketiga jenis senjata perang.
Namun, ia sendiri mengaku belum tahu pasti negara mana yang memiliki senjata biologis.
"Nuklir yang dipakai di Hiroshima, chemical yang dipakai Jerman waktu menghancurkan Israel, gas klorin," terang Soleman.
"Kemudian biologis, nah ini biologis saya belum tahu dipakai di mana ini," sambungnya.
Soleman menyebut senjata biologis termasuk jenis baru yang ditujukan untuk mematikan manusia dengan virus.
"Ini berarti yang paling baru biologis?" tanya Aiman.
"Ini yang terbaru sekarang," jawab Soleman.
"Dan senjata biologis itu memang biasanya berupa virus?" tanya Aiman.
"Iya, virus. Biologis pasti virus. Karena dia kan untuk manusia, untuk kehidupan," tutur Soleman.
Soleman menjelaskan kemungkinan senjata biologis digunakan untuk menginfeksi para tentara di medan perang.
"Saya kerucutkan lagi. Senjata biologis itu digunakan untuk menyerang, katakanlah ada perang frontal,tentara-tentara lawan disebarkan virus-virus itu atau bagaimana bayangannya?" tanya Aiman.
"Iya, sama saja. Semua itu untuk tentara-tentara yang berperang. Apakah nuklir, apakah biologis, apakah chemical. Semua untuk manusia-manusia, tentara-tentara yang ikut perang saat itu," terang Soleman.
Soleman menjelaskan senjata biologis bisa dikeluarkan di mana saja.
"Tinggal mau ditaruh di mana, apakah satuan yang sedang bergerak, apakah satuan yang sedang berkumpul di mana," ujar Soleman.
"Itu tergantung keputusan para pemimpin perang saat itu."
Soleman kemudian membandingkan dengan kekejaman Nazi Jerman yang menggunakan senjata berupa gas klorin.
Nazi Jerman menggunakan strategi mengumpulkan pihak lawan untuk kemudian dibantai.
"Kalau kita lihat saat Jerman dengan Israel di Auschwitz, mereka dikumpulin dulu, di camp di situ, baru dimasukkan ruangan baru dikasih gas klorin semua, dan habis semua," jelas Soleman.
Soleman juga menyebut bagaimana Nazi Jerman memperlakukan para korban.
"Dan itu mati. Mati dulu baru bodinya dibakar kan, sebelum masuk situ rambutnya diambilin satu per satu," kata Soleman.
"Kan rambutnya dibikin tali untuk logistik perang Jerman saat itu."
Soleman menjelaskan suatu negara bisa menyerang dengan senjata biologis dalam berbagai strategi.
Tak hanya menginfeksi lawan saat itu juga, namun bisa jadi dampaknya di tubuh lawan akan bereaksi beberapa minggu.
Diketahui, selain dugaan senjata biologis, virus corona diduga kuat berasal dari kuliner ekstrem yang kerap dikonsumsi di Wuhan, China.
Virus corona diduga kuat berasal dari daging kelelawar yang dimasak menjadi sup.
Sejak merebaknya virus corona, warga diminta untuk tidak lagi mengonsumsi sup kelelawar.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)