TRIBUNNEWS.COM - Kobe Bryant, mantan bintang bola basket LA Lakers meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (26/1/2020) lalu.
Kobe Bryant meninggal dalam perjalanan menuju Akademi Olahraga Mamba di Thousand Oaks.
Helikopter yang ditumpanginya menabrak lereng bukit di barat laut kota Los Angeles.
Setelah kematian Kobe Bryant, pasar taksi udara khususnya helikopter menjadi sorotan.
Diketahui, kebanyakan orang Amerika Serikat, termasuk mereka yang terbilang cukup kaya dapat dengan mudah menggunakan moda transportasi udara.
Minat mereka untuk menggunakan transportasi udara pun menjadi berkurang.
Satu di antara alasannya adalah soal keselamatan.
Menurut U.S. Helicopter Safety Team (Tim Keselamatan Helikopter Amerika Serikat) atau USHST, industri di bidang yang sama kini berfokus pada peningkatan keamanan.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
10 Latihan Soal & Kunci Jawaban IPS Kelas 9 SMP Bab 1, Interaksi Antarnegara Asia dan Negara Lainnya
Dikutip dari laman CBSNEWS, berpergian dengan helikopter tetap saja dirasa kurang aman dibanding dengan maskapai komersial.
Data terakhir menunjukkan, secara global, ada 534 kematian yang melibatkan pesawat komersial besar di seluruh dunia pada 2019.
Industri terbesar, Helicopter Association International telah berupaya mendorong untuk mengurangi jumlah kecelakaan.
Mereka bertujuan untuk memiliki setidaknya satu tahun dalam waktu dekat, tidak memiliki catatan kematian akibat kecelakana helikopter.
Lepas Landas dan Pendaratan Naik 80 Persen
Berdasar laporan The New York Times, tahun lalu tercatat lepas landas dan pendaratan helikopter di wilayah New York meningkat.
Tercatat lebih dari 80 persen dalam lima bulan pertama di 2019 lalu.
Fenomena tersebut mungkin hanya terjadi di New York.
Menurut USA Today, setelah menjadi bintang di LA Lakers, Kobe Bryant sering terbang menggunakan helikopter.
Gaya hidup demikian merupakan hal biasa, dan berlanjut hingga Bryant pensiun.
Berdasar laporan USA Today, helikopter Sikorsy S-76 itu telah melakukan 42 perjalanan pada bulan Januari 2020 saja.
Tubuh Bryant Sudah Teridentifikasi
Pensiunan LA Lakers itu meninggal pada usia 41 tahun dan dikenal sebagai pemain basket terbaik.
Pihak berwenang mengatakan dampak tabrakan dengan lereng bukit di barat laut kota Los Angeles menyebabkan helikopter hancur.
Puing-puing reruntuhan helikopter itupun tersebar.
Berdasar hasil pemeriksaan medis, tubuh sang legenda NBA Kobe Bryant teridentifikasi setelah menemukan sembilan orang lainnya yang juga meninggal dalam kecelakaan helikopter.
Tubuh Bryant secara resmi diidentifikasi bersama tiga orang lainnya menggunakan sidik jari.
Penyelidik federal menyelesaikan pemeriksaan terhadap lokasi kecelakaan dan telah menyerahkannya kepada pihak berwenang setempat.
"Kami selesai di lokasi," kata Anggota Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, Jennifer Homendy, dikutip dari South China Morning Post.
Jenasah pilot Ara Zobayan, pelatih bisbol John Altobelli, dan Sarah Chester juga telah diidentifikasi.
Tersisa lima korban lain yang belum teridentifikasi, termasuk putri Kobe Bryant, Gianna Bryant (13).
Homendy mengatakan, sebuah Ipad, ponsel, dan catatan pemeliharaan ditemukan di antara puing-puing helikopter.
Ia menambahkan, dugaan penyebab kecelakaan tidak dapat dikonfirmasi secepatnya.
Laporan dugaan penyebab kecelakaan pesawat helikopter yang menewaskan Kobe Bryant dan rombongan harus menunggu sekitar 12-18 bulan.
Diketahui, lokasi kecelakaan menjadi titik ziarah bagi para penggemar Kobe Bryant.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)