News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Korban Tewas Akibat Virus Corona Jadi 426 Orang, China Izinkan Pakar Kesehatan AS Ikut Menangani

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Ayu Miftakhul Husna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Virus corona semakin memburuk, Amerika Serikat menawarkan bantuan berupa mengirimkan para ilmuwan mereka kepada China.

TRIBUNNEWS.COM - Saat ini, dunia sedang dihebohkan dengan munculnya sebuah penyakit baru bernama virus corona.

Hebohnya dunia karena virus corona ini disebabkan karena cepatnya penyebaran akibat penyakit yang berasal dari Kota Wuhan, Hubei, China.

Hingga Selasa (4/2/2020) hari ini, sudah ada 20.622 kasus dilaporkan dan 426 orang tewas akibat virus corona tersebut.

Menanggapi semakin memburuknya virus corona, Amerika Serikat menawarkan bantuan berupa mengirimkan para ilmuwan mereka kepada China.

Direktur Pusat Nasional untuk Imunisasi dan Penyakit Pernafasan AS (CDC), Nancy Messonnier mengatakan, partisipasi Amerika Serikat untuk memerangi virus corona akan bermanfaat.

Dikutip dari SCMP, Messonnier menyebut CDC adalah para ilmuwan yang sangat kuat dan memiliki banyak pengalaman teknis dalam penyakit yang sangat mirip.

Lebih lanjut, Messonnier menyebut tanggapan Amerika Serikat terhadap virus corona ini adalah berdasarkan sains.

Langkah-langkah ini, ujar Messonnier, bertujuan untuk memperlambat masuknya virus corona ke Amerika Serikat.

"Tindakan ini berdasarkan ilmu pengetahuan dan mereka melindungi kesehatan dan keselamatan semua orang Amerika," ujar Messonnier.

"Tindakan sekarang memiliki potensi terbesar untuk memperlambat segalanya," lanjutnya.

Messonnier mengatakan, meskipun kasus di AS lebih rendah, namun CDC "mempersiapkan seolah-olah virus corona adalah pandemi berikutnya" setelah H1N1 pada tahun 2009.

Menanggapi tawaran dari Amerika Serikat, China telah menyetujui para pakar kesehatan AS masuk untuk membantu memerangi wabah virus corona.

"China telah menerima tawaran Amerika Serikat untuk memasukkan sekelompok ahli ke dalam misi Organisasi Kesehatan Dunia ke China untuk mempelajari lebih lanjut tentang dan memerangi virus," kata juru bicara Gedung Putih, Judd Deere, Senin (3/2/2020) kemarin.

Ilmuwan China Deteksi Mutasi 'Mencolok' dalam Sebuah Keluarga

Ilmuwan China mengatakan, mereka telah mendeteksi mutasi 'mencolok' di virus corona yang mungkin terjadi selama transmisi antar anggota keluarga.

Sementara efek mutasi pada virus tidak diketahui, mereka memiliki potensi untuk mengubah cara virus corona berperilaku.

Para peneliti yang mempelajari sekelompok infeksi dalam sebuah keluarga di Provinsi selatan Guangdong mengatakan, gen virus mengalami beberapa perubahan signifikan ketika menyebar di dalam keluarga.

Dikutip dari SCMP, virus bermutasi setiap saat, tetapi sebagian besar perubahan adalah synonim atau 'diam', memiliki sedikit efek pada cara virus berperilaku.

Para peneliti dari China (SCMP via Xinhua)

Lainnya, yang dikenal sebagai substitusi nonsynonim, dapat mengubah sifat biologis, memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.

Dua perubahan nonsynonim terjadi pada strain virus yang diisolasi dari keluarga, menurut sebuah studi baru oleh Profesor Cui Jie dan rekan di Institut Pasteur Shangai.

Kasus ini mengindikasikan 'evolusi virus mungkin telah terjadi selama penularan dari orang ke orang', tulis mereka dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal National Science Review pada 29 Januari 2020 lalu.

Tim Cui Jie mendeteksi total 17 mutasi tidak bernama dari kasus-kasus di seluruh negeri antara 30 Desember 2019 dan akhir Januari 2020.

Seorang peneliti di Institut Virologi Wuhan, Shi Zhengli mengatakan, mereka belum memiliki jawaban tentang apakah virus corona baru berubah lebih cepat daripada SARS atau virus lain.

SARS atau sindrom pernafasan akut yang parah, bermutasi dengan kecepatan 1 hingga 3 perubahan per seribu 'situs' setiap tahun, menurut penelitian sebelumnya.

Shi Zhengli mengatakan bahwa para ilmuwan masih belum mengetahui kecepatan mutasi virus corona baru karena 'sebagian besar urutan (gen virus) yang tersedia tidak lengkap'.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini