TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) belum teratasi, satu per satu maskapai membatalkan penerbangan ke China.
Lebih dari 54.011 penerbangan atau 28 persen dari penerbangan terjadwal dari dan menuju China antara 23 Januari hingga 4 Februari 2020 dibatalkan.
Data ini berdasarkan hasil perusahaan konsultan penerbangan Cirium.
Adapun 14 persen di antaranya merupakan penerbangan terjadwal internasional.
Dilansir CNBC, Jumat (7/2/2020), jumlah permintaan penerbangan juga menunjukkan penurunan yang cukup tajam setelah Pemerintah China mengambil langkah untuk mengisolasi China agar wabah yang menewaskan 565 orang tidak semakin menyebar.
Baca: Update Virus Corona: Kondisi WNI yang Positif Corona di Singapura Mulai Stabil
Baca: Fakta Arsitek Rumah Sakit Khusus Virus Corona di Wuhan, Ternyata Lahir dan Pernah Tinggal di Jember
Sebelum penetapan larangan terbang, ada lebih dari 165.000 penerbangan terjadwal yang masuk dan keluar dari China antara 29 Januari dan 28 Maret 2020.
Dengan pembatasan penerbangan, maka secara otomatis akan mengurangi sebanyak 27 juta pelancong.
Keputusan ini memang memukul industri transportasi penerbangan China besar-besaran pada kuartal pertama 2020 ini.
Maskapai dari puluhan negara juga membatalkan penerbangan ke China dan Hong Kong.
Hal ini dinilai akan menurunkan pendapatan maskapai penerbangan tahun 2020 dan berdampak pada industri pendukung lain, seperti hotel, ritel, dan pariwisata.
"Beberapa orang lebih suka tinggal di rumah karena virusnya," kata Cindy Guo dari Top Travel International.
Sementara itu, AS juga mewajibkan warga negaranya untuk kembali setelah berada di Provinsi Hubei, China, dan menjalani karantina wajib selama 14 hari.
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengatakan, pihaknya memproses izin ke China rata-rata 371.780 orang di bandara AS setiap hari sepanjang 2019.
Berwisata di China juga sulit karena 32 persen dari penerbangan domestik juga dibatalkan pada periode itu.
Baca: Update, 31 Ribu Orang Positif Corona, 637 di antaranya Meninggal Dunia
Baca: Hoaks Virus Corona, dari Ditularkan Melalui Buah-buahan dan Ponsel hingga Khasiat Bawang Putih
Maskapai penerbangan United Airlines minggu ini mengikuti langkah otoritas AS dalam menghentikan penerbangan ke Hong Kong dan kawasan China lainnya.
Delta Air Lines juga melakukan hal yang sama.
Administrasi Penerbangan Sipil China meminta maskapai penerbangan lokal tetap mengoperasikan penerbangan internasional ke negara-negara yang belum membatasi perjalanan ke luar negeri.
Namun, instruksi masih dipertimbangkan oleh maskapai milik China.
Air China mengatakan kepada Departemen Transportasi AS terkait rencana mengurangi jadwal penerbangan dari China ke AS.
Sementara itu, layanan yang dibuka hanya untuk rute dari Beijing-Los Angeles-San Francisco.
Selanjutnya dari Beijing-New York-Washington Dulles.
Walau maskapai penerbangan memiliki otorisasi untuk terbang nonstop antara Beijing-Houston-Newark, tetapi mereka berencana untuk menghentikan penerbangan tersebut.
Maskapai juga mengumumkan akan menangguhkan penerbangan ke Chengdu dan Singapura hingga akhir bulan ini.
Untuk penerbangan dari China ke Vietnam dan dari Chengdu ke Sydney ditangguhkan hingga akhir Maret ini.
Baca: Indonesia Bebas Corona Meski 5 Negara Asia Sudah Terpapar, Organisasi Kesehatan Dunia WHO Khawatir
Baca: Dokter Li Wenliang, Dokter yang Ungkap Adanya Wabah Virus Corona, Meninggal Terinfeksi Virus Corona
Sementara penerbangan Beijing-Sydney-Melbourne ditangguhkan sampai akhir Februari 2020.
Cathay Pacific yang berbasis di Hong Kong minggu ini juga mengatakan akan mengurangi jadwal terbangnya ke China sebesar 90 persen.
Maskapai penerbangan tersebut juga memperingatkan tentang pengurangan jadwal penerbangan secara signifikan selama dua bulan ke depan tergantung pada kondisi pasar dan faktor lainnya.
(KOMPAS.com/Kiki Safitri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "50.000 Penerbangan Dibatalkan dari dan ke China, Maskapai Rugi Besar"