News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemulangan WNI Eks ISIS

Mantan Teroris Cemas Penyesalan WNI Eks ISIS Pura-pura dan Bikin Onar Lagi, Beberkan Contoh Kasusnya

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Wulan Kurnia Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan teroris Sofyan Tsauri turut menanggapi isu WNI eks ISIS yang sedang menjadi pembicaraan apakah akan dipulangkan atau tidak ke Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM - Mantan teroris Sofyan Tsauri mencemaskan WNI eks ISIS tidak benar-benar menyesali perbuatannya dan akan kembali berbuat onar ketika dipulangkan oleh pemerintah Indonesia.

Tak hanya itu, Sofyan juga membeberkan contoh kasus di mana WNI yang dideportasi dari negara lain kembali melakukan aksi terorisme baik di dalam atau di luar negeri.

Dilansir Tribunnews.com, hal tersebut diungkapkan Sofyan dalam tayangan APA KABAR INDONESIA MALAM unggahan YouTube Talk Show tvOne, Jumat (7/2/2020).

Awalnya, pembawa acara Chacha Annissa mempertanyakan alasan WNI eks ISIS ingin pulang ke Indonesia, semata karena kebutuhan hidup habis atau memang karena menyesali perbuatannya.

Pemulangan WNI eks ISIS ini dianggap mengkhawatirkan bagi masyarakat Indonesia karena mereka pernah tertanam ideologi soal terorisme.

"Kalau misalnya kita baca kekhawatiran terbesar yang ada di Indonesia, kalau mereka pulang, paparan ideologinya, agak susah untuk dihapuskan," ujar Chacha.

"Sebenarnya keinginan untuk pulang, karena kondisi terpaksa sudah tidak ada uang untuk tinggal di sana, atau memang pulang ke Indonesia karena sudah percaya dengan konstitusi, menyesal, atau bagaimana?" tanya Chacha.

Baca: Isu WNI Eks ISIS, Mantan Teroris Dihubungi Teman dari Suriah Ungkap Alasan Ingin Pulang ke Indonesia

Sofyan menjelaskan bahwa rakyat Indonesia banyak yang mengkhawatirkan WNI eks ISIS hanya memanfaatkan kesempatan untuk bisa pulang dan nantinya kembali menjadi teroris.

"Yang kita khawatirkan sebetulnya bentuk pragmatisme atau opportunity ya, artinya mereka berpura-pura mengadakan tauriyah atau kitnan atau disebut juga dengan takiya," jawab Sofyan.

"Mereka berpura-pura menyesal, lalu kemudian mereka masuk (dengan ideologi terorisme), ini yang kita khawatirkan," sambungnya.

Sofyan kemudian menjelaskan kasus para WNI yang pernah dideportasi dari luar negeri dan kembali menjadi teroris.

Di antaranya adalah Muhammadf Aulia yang terhubung dengan kelompok ISIS di Khurasan.

"Karena beberapa kasus yang terjadi adalah ketika mereka dideportasi ke Indonesia dari Turki, sebelumnya sejak 2015," kata Sofyan.

"Ada misalnya berangkat Muhammad Aulia warga Aceh yang dideportasi, mereka berangkat lagi ke Afghanistan di tahun 2019," bebernya.

Kemudian suami istri Rulli dan Ulfa yang melancarkan aksi bom bunuh diri di sebuah gereja, di Sulu, Filipina.

"Lalu ada Rulli dan Ulfa, mereka 2017 ketemu saya di Kemensos waktu itu, mereka dideportasi dari Turki, akhirnya mereka 2019 mengadakan bom bunuh diri di Filipina," kata Sofyan.

Baca: PKS Dukung Pemulangan WNI Eks ISIS, Mardani: WNI dari Wuhan China Saja Bisa Pulang, Mereka Korban

Selain itu, ada pula kasus terorisme yang terjadi di Mapolda Sumatera Utara pada 2017.

"Lalu di Medan juga penyerangan dua atau tiga tahun yang lalu, penyerangan Mapolda Sumatera Utara, itu juga diserang oleh orang yang pernah dideportasi dari Turki ke Indonesia," jelas Sofyan.

"Nah, dari kejadian-kejadian ini mengkhawatirkan kita semua," imbuhnya.

Sebelum isu WNI eks ISIS yang ingin dipulangkan ini merebak, Sofyan membeberkan dirinya sempat dihubungi oleh temannya yang merupakan seorang WNI yang berada di Suriah.

"Ada enggak teman-teman yang saat ini masih berada di camp-camp di Turki, di Irak, dan juga di Suriah, mungkin ingin pulang?" tanya pembawa acara Chacha Annissa.

"Ya beberapa bulan sebelum ini, sekitar 3-4 bulan yang lalu, saya juga dihubungi oleh rekan di Suriah, yang mereka juga berjuang di sana," jawab Sofyan.

Sofyan mengungkapkan temannya tersebut berada di Kota Idlib sebagai pengungsi bersama WNI lainnya dan berharap bisa pulang ke Indonesia.

"Dan mereka menginformasikan kepada saya bahwa di Kota Idlib itu ada beberapa pengungsi yang mereka ingin pulang ke Indonesia," ujar Sofyan.

Baca: PKS Heran Jokowi Belum Putuskan: Kenapa Ribut, 50 WNI Eks ISIS Sudah Pernah Dipulangkan Tahun 2016

Sofyan menuturkan temannya tersebut adalah wanita yang suaminya sudah meninggal dan tidak memiliki paspor.

Kondisi WNI di Suriah disebut memprihatinkan lantaran kondisi Kota Idlib yang tidak aman dari serangan.

"Karena suaminya sudah meninggal, dan karena mereka sudah tidak punya paspor lagi, dan mereka ingin pulang, karena mereka sudah kehabisan bekal, kehabisan uang," terang Sofyan.

"Dan dalam kondisi yang mencekam, karena hampir setiap hari pesawat dari Rusia dan Suriah juga membombardir daerah yang disebut Kota Idlib itu," paparnya.

Meski teman Sofyan menyebut kondisi WNI di Suriah memprihatinkan, Sofyan tetap tidak serta merta setuju pemulangan WNI eks ISIS.

Sofyan mengkhawatirkan para WNI eks ISIS hanya berpura-pura minta belas kasihan dan nantinya akan kembali mengulang tindak terorisme.

Berikut video lengkapnya:

Mardani Ali Sera Setuju WNI Eks ISIS Dipulangkan

Dalam segmen lain tayangan tersebut, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mendukung pemulangan WNI mantan anggota ISIS ke Indonesia.

Awalnya, Chacha Annissa mempertanyakan sikap pemerintah yang hingga kini belum ada keputusan resmi.

Pemerintah kini tengah dilema jika memulangkan WNI eks ISIS maka bisa ada ancaman baru terorisme, namun jika tidak maka mereka akan menjadi stateless atau tak punya kewarganegaraan.

"Apa sih sebenarnya kekhawatirannya, preseden citra Indonesia jika kita kita menerima atau juga menolak?" tanya Chacha.

"Kalau menerima, kita bagai negara sarang teroris, tapi kalau tidak menerima ini mantan warga negara kita jadi stateless," sambungnya.

Mardani pun langsung menghubungkan dilema pemerintah itu dengan pemulangan WNI dari Wuhan yang sangat ia apresiasi.

Pemulangan WNI dari Wuhan memang menimbulkan pro dan kontra.

Kontra utamanya berasal dari warga Kabupaten Natuna yang wilayahnya dijadikan tempat karantina.

Namun pemerintah dianggap berhasil menyelesaikan masalah itu hingga WNI dari Wuhan bisa dipulangkan dan menjalani observasi di Natuna.

Baca: Status Kewarganegaraan WNI Eks ISIS setelah Bakar Paspor, Jubir Maruf Amin: ISIS Itu Bukan Negara

"Kemarin ada sedikit cerita saudara kita di Natuna protes terhadap teman-teman yang pulang bawa dalam tanda kutip dari Wuhan," jawab Mardani.

"Padahal pemerintah negara dalam hal ini hadir, saya apresiasi sekali," imbuhnya.

Mardani beranggapan harusnya pemerintah bisa memberi perlakuan yang sama dengan memperjuangkan pemulangan WNI eks ISIS.

Bahkan ia meyakini jika pemerintah berhasil memulangkan WNI eks ISIS, maka derajat peradaban masyarakat bisa terangkat.

"Dan mestinya sama gitu loh (dengan WNI eks ISIS). Mereka yang korban di sana juga kalau kita bisa selesaikan, derajat peradaban masyarakat Indonesia kita naik," ungkap Mardani.

Ia berharap pemerintah tidak mengabaikan para WNI eks ISIS lantaran dikhawatirkan malah akan menimbulkan masalah baru di luar negeri.

"Karena ada masalah itu jangan kita avoiding, jangan 'Enggak, ini bukan urusan kita'," tegas Mardani.

"Kalau enggak kita urus, dia akan jadi masalah di tempat yang lain yang kita tinggal dalam planet yang sama," imbuhnya.

Berikut video lengkapnya:

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini