TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Angka korban meninggal akibat virus corona di China lebih dari 900 orang setelah otoritas Hubei melaporkan kematian baru.
Dalam laporan harian yang disajikan Senin (10/2/2020), terdapat 97 angka kematian baru, membuat jumlahnya tercatat 908 orang.
Kemudian Komisi Kesehatan Hubei juga melaporkan adanya lebih dari 3.000 kasus penularan, dengan korban yang terinfeksi virus corona mencapai 40.171 orang.
Baca: Pasutri Ini Cari Anak Gadis untuk Dijadikan PSK: Gaji Dipotong untuk Lunasi Utang Orangtua
Baca: Jelang Atletico Madrid vs Liverpool, 16 Besar Liga Champions, Dua Raksasa Beda Nasib
Baca: Aksi Andre Rosiade Gerebek PSK di Padang Disindir Sandiaga Uno: Itu Tugasnya Aparat Hukum
Jumlah korban meninggal di China sudah melampaui 774 kasus kematian yang terjadi saat Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003 silam.
Karena itu demi pencegahan, otoritas Negeri "Panda" sudah menutup Wuhan, kota di Hubei yang menjadi lokasi awal penyebaran virus, dan kawasan sekitarnya.
Di Shanghai, pemerintah setempat menginstruksikan warganya untuk memakai masker ketika mereka berada di luar, dilaporkan AFP.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui Kepala Program Darurat Kesehatan Michael Ryan mengatakan, saat ini wabah itu berada dalam "kondisi stabil".
Ryan menjelaskan, "kestabilan" itu terjadi sebagai dampak dari upaya pemerintah China untuk menanggulangi patogen berkode 2019-nCov itu.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, "misi tim internasional" sudah bertolak ke China pada Minggu malam (9/2/2020).
Misi itu dipimpin Bruce Aylward. Seorang dokter asal Kanada yang merupakan veteran dalam urusan penanganan kesehatan darurat.
Kemarahan publik
Keputusan pemerintah China untuk mengunci Wuhan maupun kota di kawasan Provinsi Hubei membuat jutaan warga terperangkap.
Seorang perempuan bermarga Wei yang tinggal di Wuhan mengungkapkan, pihak berwajib meminta mereka untuk tinggal di rumah selama mungkin.
"Namun karena tidak banyak kebutuhan pokok di toko saat kami mendatanginya, jadi kami harus sesering mungkin keluar untuk membeli," ucapnya.
Bank sentral China menuturkan pada Senin ini, mereka akan mengucurkan pinjaman khusus 300 miliar yuan, atau Rp 585,7 triliun, agar pelaku usaha juga terlibat dalam pengendalian virus.
Beijing sempat menuai kritikan internasional karena berusaha menutupi jumlah korban virus corona, sementara di saat bersamaan mereka juga dipuji WHO.
Dari dalam negeri, publik menyuarakan kemarahan terlebih setelah kematian Li Wenliang, seorang dokter yang memperingatkan virus corona.
Dokter itu sempat didatangi polisi karena dianggap meresahkan masyarakat karena menyuarakan peringatan akan adanya virus baru yang berbahaya.
Dia dilaporkan meninggal pada Jumat (7/2/2020), setelah dirawat karena terinfeksi virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan tersebut.
Akademisi China termasuk yang menyuarakan kemarahan, dengan dua surat terbuka dipampang di media sosial menghendaki adanya kebebasan bersuara.
Beijing sebenarnya sudah merespons dengan mengerahkan badan anti-korupsi untuk menyelidiki kejadian tersebut, dan berusaha meredam kemarahan publik.
Namun Ian Lipkin, profesor Columbia University yang bekerja dengan China saat wabah SARS, berkata pencegahan awal bisa membuat perbedaan.
"Virus itu sudah meresap tanpa disadari siapa pun," katanya. Jika karantina segera diterapkan, tentu pemerintah bisa langsung mengendalikannya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korban Meninggal Virus Corona di China Lebih dari 900 Orang"