TRIBUNNEWS.COM - Duke dan Duchess of Sussex tidak lagi memiliki kantor di Istana Buckingham mulai April tahun ini.
Pangeran Harry dan Meghan Markle akan diwakili oleh tim yayasan Inggris mereka.
Harry akan mempertahankan jabatannya sebagai Mayor, Komandan Letnan, dan Pemimpin Skuadron.
Namun, jabatan militer kehormatannya itu, tidak akan digunakan selama masa percobaan selama 12 bulan.
Pasangan ini diharapkan, bisa menyelesaikan tugas terakhir mereka pada 9 Maret 2020.
Dilansir dari Daily Mail, Duke dan Duchess of Sussex resmi meninggalkan kerajaan pada 31 Maret.
Pasangan Sussex, diperkirakan akan berada di Inggris selama beberapa bulan ke depan.
Harry dijadwalkan akan mendatangi acara Invictus Games bersama bintang pop, Bon Jovi pada 28 Februari.
Harry dan Meghan kemudian akan menghadiri penghargaan Endeavour Fund pada 5 Maret.
Sehari setelahnya, Harry harus sedah berada di Silverstone untuk bertemu pembalap Lewis Hamilton pada 6 Maret.
Selanjutnya, ayah dan ibu Archie ini akan menghadiri Festival Musik Maountbatten pada 7 Maret.
Pada peringatan Hari Perempuan Internasional, 8 Maret ini, Meghan akan turut hadir.
Seperti diberitakan sebelumnya, pasangan ini akan bergabung dengan keluarga besar kerajaan dan Ratu pada 9 Maret.
Mereka harus mendatangi tugas terakhir yaitu Layanan Persemakmuran (Commonwealth Service) di Wedminister Abbey.
Jadi, kehidupan baru Harry dan Meghan akan resmi dimulai pada 31 Maret.
Semua urusan mereka di Istana Buckingham akan berakhir sehari setelahnya yaitu pada 1 April.
Juru bicara Sussex mengatakan, pasangan ini akan mengumumkan organisasi nirlaba baru milik mereka pada akhir tahun.
Dia mengatakan, keduanya harus terus bekerja dengan perlindungan yang masih ada.
Mereka berencana untuk, melibatkan Inggris dan Persemakmuran.
Duke dan Duchess juga disebut telah melakukan sejumlah pertemuan, untuk mendirikan organisasi nirlaba ini.
Sebelumnya, Harry dan Meghan, sempat membuat kerajaan masuk dalam masa-masa krisis akibat pengumumannya hengkang dari lingkungan kerajaan.
Mereka mengaku, tidak ingin menggunakan dana dari rakyat lagi dan akan berusaha mandiri secara finansial.
Menanggapi hal ini, Ratu memgadakan pertemuan dengan semua bangsawan senior di Sandringham.
Di sana, Harry bicara dan mengutarakan keinginannya di hadapan neneknya, ayahnya Prince of Wales, dan kakaknya Pangeran William.
Pertemuan itu membuahkan keputusan, Harry tidak akan menjadi anggota monarki.
Selain itu, Harry dan istrinya harus membagi waktu antara Kanada dan Inggris.
Terakhir, mereka harus menanggalkan sebutan HRH (His/Her Royal Highness).
Meskipun langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya, pasangan Sussex bertekad akan tetap menjalankan tugas publik mereka.
Di antaranya di persemakmuran (Commonwealth), komunitas, pemberdayaan pemuda dan kesehatan mental.
Juru bicara pasangan ini menambahkan, Harry terus mendukung dan memprioritaskan kesejahteraan prajurit dan wanita, konservasi, olahraga untuk pembangunan sosial, HIV, dan kemitraan globalnya Travalyst.
Sementara bagi Meghan, dia akan terus mendukung pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan pendidikan.
Ratu Elizabeth II Harus Tegakkan Aturan dan Larang Label Sussex Royal
Sejak Duke dan Duchess of Sussex pergi dari kerajaan, maka label Sussex Royal pun harus pupus.
Itu mungkin kabar bagus bagi pakar pemasaran digital atau pengacara kekayaan intelektual, untuk menyerbu pasangan ini dan memberikan solusi terbaik.
Usaha Harry dan Meghan memperkenalkan label Sussex Royal, tersandung sang nenek.
Satu hal yang membuat terkejut, mungkin pasangan Sussex juga tidak pernah membayangkan ini.
Sejak awal kemunculan label ini, Harry memang menamakannya sesuai dengan penggambaran siapa dia.
Ide untuk mengangkat nama kerajaan sebagai merek dagang, mungkin cocok untuk para penggemar setia.
Namun pada kasus ini, analoginya bukan hanya tidak relevan tapi juga rawan diperdebatkan.
Ratu, sebenarnya diatur oleh beberapa undang-undang terkait merek ini.
Antara lain, Undang-Undang Merek Dagang 1994 dan Konvensi Paris untuk Perlindungan Properti Industri 1883, dilansir dari Daily Mail.
Baca: Ratu Elizabeth II Melarang Pangeran Harry dan Meghan Markle Gunakan Sebutan Sussex Royal
Baca: Pangeran Harry dan Meghan Markle Diam-diam Kunjungi Universitas Stanford untuk Bertemu Profesor
Pasangan Sussex, tidak bersitegang dengan ratu tapi justru dengan hukum negara Inggris.
Sejak dulu, orang-orang berusaha berdagang menggunakan koneksi kerajaan.
Itulah sebabnya, terbit aturan ketat yang mengatur segala sesuatu terlebih pada lambang penggunaan kerajaan sebagai merek.
Bahkan, meletakkan gambar mahkota di sebuah kemasan sereal juga diatur secara ketat.
Ini bukanlah kasus Ratu yang iri dan menjaga fasilitas kantornya, tapi lebih kepada untuk melindungi publik dari penipuan dan kesalahan representasi
Tidak ada kerajaan yang ingin, orang membeli barang jelek yang digadang-gadang sebagai merek kerajaan.
Sekarang, Meghan dan Harry mungkin sudah mengerti, bahwa bukan mereka yang dipermasalahkan tapi memang aturan harus berlaku.
Pasangan Sussex, menyadari pentingnya melabeli benda-benda buatannya dengan merek.
Oleh karena itu, mereka sibuk mendaftarkan label Sussex Royal untuk setiap potensi penggunaan komersial.
Jadi, mereka tidak bisa mengelak saat Ratu dan para pejabat menentang label, yang mereka anggap untuk melindungi kekayaan intelektual.
Beberapa waktu lalu, Harry bicara tentang kesedihannya karena rencananya tidak disetujui sang ratu.
Itu dinilai sebagai tindakan yang kasar, melihat selama ini Ratu selalu bermurah hati menerima keputusan Harry dan Meghan.
Kendati keluhan keluar dari mulut Harry, cinta Ratu kepada cucunya, Harry dan Meghan tidak akan pernah hilang.
Bagaimanapun, ini merupakan masalah bisnis.
Menjatuhkan label Sussex Royal merupakan urusan tugas yang diemban ratu, bukan masalah keluarga.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)