TRIBUNNEWS.COM- Akhirnya obat virus corona yang selama ini terus dikaji telah ditemukan!
Chloroquine Phosphate, obat antimalaria, dinilai efektif untuk mengatasi virus corona.
Obat tersebut memberikan efek waktu pemulihan yang lebih cepat dari biasanya.
Hingga saat ini, wabah virus corona dilaporkan terus meningkat.
Mengutip dari perhitungan real time di situs thewuhanvirus.com, Jumat (21/2/2020) siang, total orang yang terinfeksi sebanyak 76.242 jiwa.
Sebanyak 2.124 orang dilaporkan meninggal dunia.
Meski kasus infeksi dilaporkan terus meningkat, pasien sembuh juga bertambah, kini 14.558.
Muncul sejak akhir tahun 2019, ahli terus mencari obat dari virus yang diduga berasal dari kelelawar dan ular tersebut.
Hingga pada Senin (17/2/2020), para ahli China mengonfirmasi adanya obat yang dinilai efektif untuk mengatasi virus corona.
Baca: UPDATE Pasien Virus Corona per Jumat 21 Februari 2020: 75.715 Terinfeksi, 2.124 Meninggal Dunia
Baca: 27 WNI Terjebak di Kapal Diamond Princess, 4 Orang Terinfeksi Virus Corona, Ini Tanggapan Terawan
Berdasarkan hasil uji klinis, para ahli menyebut, Chloroguine Phosphate atau obat antimalaria memiliki efek kuratif tertentu pada penyakit virus corona.
Wakil Kepala Pusat Nasional Pengembangan Bioteknologi di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, Sun Yanrong menjelaskan, para ahli telah sepakat menyarankan pemberian obat Chloroquien Phospate untuk pedoman pengobatan.
Obat tersebut akan diterapkan dalam uji klinis yang lebih luas sesegera mungkin.
Mengutip dari Xinhua, Chloroquien Phospate telah digunakan selama lebih dari 70 tahun.
Sun menjelaskan, obat tersebut dipilih dari puluhan ribu obat setelah melalui berbagai pemeriksaan.
Lebih lanjut, Sun mengatakan, Chloroquien Phospate telah dalam uji klinis di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, Provinsi Guangdong China Selatan, serta Provinsi Hunan di China Tengah.
Hasil uji klinis menunjukkan kemanjuran yang cukup baik.
Pasien yang menggunakan obat Chloroquien Phospate menunjukkan indikator lebih baik daripada mereka yang tidak diberi obat tersebut.
Indikator penilaian yakni adanya pengurangan demam, peningkatan gambar CT scan paru-paru, pesentase pasien negatif dalam tes asam nukleat virus.
Selain itu, pasien yang mengonsumsi obat Chloroquien Phospate membutuhkan waktu pemulihan yang lebih cepat dibanding yang tidak.
Sun memberi contoh nyata dari kasus tersebut.
Seorang pasien berusia 54 tahun di Beijing dirawat selama empat hari.
Setelah meminum obat Chloroquien Phospate selama seminggu, seluruh indikator dan asam nukleat membaik.
Masih mengutip dari sumber yang sama, hingga saat ini belum ada reaksi merugikan yang diperoleh dari penggunaan obat Chloroquien Phospate.
Baca: Ekonomi Global Diprediksi Tergerus USD 1,1 Triliun akibat Pandemi Virus Corona
Baca: 27 WNI Terjebak di Kapal Diamond Princess, 4 Orang Terinfeksi Virus Corona, Ini Tanggapan Terawan
Tim ahli yang dipimpin oleh Zhong Nanshan, spesial pernapasan terkenal, sepakat bahwa Chloroquien Phospate dapat digunakan untuk merawat lebih banyak pasien virus corona.
Pada percobaan in vitro sebelumnya, obat tersebut dapat memblokir virus dengan mekanisme mengubah nilai keasaman dan kebasaan di dalam sel.
Selain itu, obat Chloroquien Phospate dapat mengganggu reseptor virus corona.
Mengutip dari medlineplus, Chloroquien Phospate berada dalam kelas obat antimalaria dan amebisida.
Chloroquien Phospate digunakan untuk mencegah serta mengobati malaria.
Selain itu, Chloroquien Phospate juga bisa digunakan untuk mengobati amebiasis.
Namun, terkadang obat tersebut diresepkan untuk penggunaan lainnya.
Chloroquien Phospate sesekali digunakan utnuk mengurangi gejala rheumatoid arthritis dan beberapa kondisi lain.
Kini obat tersebut diyakini sebagai obat efektif untuk mengatasi virus corona.
(Tribunnews.com/Miftah)