TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada akhir Februari mengatakan wabah virus corona belum menjadi pandemi global.
Namun, WHO menyerukan kepada dunia untuk menyiapkan diri terkait penyebaran penyakit ini.
Berdasar pada laporan Fox Business, kemungkinan terjadinya peningkatan krisis terkait virus ini diprediksi akan mendorong Bursa Saham New York atau New York Stock Exchange (NYSE) untuk menutup lantai perdagangannya di Lower Manhattan, Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (2/3/2020), perwakilan dari Fox Business, Charles Gasparino mengutip sumber yang enggan disebutkan namanya yang mengklaim NYSE mulai mempersiapkan kemungkinan lantai perdagangan ditutup sementara.
"Ini merupakan gabungan dari manusia dan sistem perdagangan otomatis, sistem perdagangan terkomputerisasi. Jadi mereka berencana untuk membuat broker dan para investor untuk tidak ke Lower Manhattan," kata Gasparino.
Ia menambahkan, NYSE akan melakukan semacam uji coba dalam beberapa hari ke depan.
Gasparino menegaskan, perusahaan-perusahaan besar Wall Street telah menyampaikan informasi kepada para karyawan untuk siap-siap menghadapi kemunduran situasi akibat corona dan memerintahkan mereka untuk siap 'bekerja di rumah'.
"Lakukan pengujian pada sistem anda, pastikan komputer anda berfungsi dan pastikan anda dapat masuk ke sistem perusahaan untuk melakukan perdagangan," jelas Gasperino.
Saham-saham pun dilaporkan rontok di tengah sentimen terhadap virus corona.
Hal itu menyusul terjadinya penurunan saham pada Jumat lalu, membuat Wall Street menghadapi pekan terburuk sejak Oktober 2008.
Dow Jones Industrial Average kehilangan 357 poin atau 1,4 persen menjadi 25.409.
Sementara S&P 500 menyusut 24 poin atau 0,8 persen menjadi 2,954.
Sebelumnya, Nasdaq Composute juga turun 414,30 poin.