TRIBUNNEWS.COM - Sekitar delapan persen anggota perlemen Iran, menunjukkan hasil positif Covid-19 atau virus corona.
Kini pemerintah berencana akan mengerahkan 300.000 tentara dan sejumlah relawan, untuk menanggulangi krisis corona di Iran.
Keadaan Iran, bertolak belakang dengan China yang merupakan pusat penyebaran pertama kalinya.
Baca: Video Viral, Orang Batuk di Komuter Tanpa Kenakan Masker Bikin Geger Penumpang Lain
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menilai saat ini upaya China mengatasi wabah sudah mulai terlihat baik.
Juru bicara parlemen Iran, Abdul Reza Misri mengonfirmasi bahwa pada Selasa (3/3/2020), 23 anggota parlemen dinyatakan positif corona.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan angkatan bersenjata turut membantu paramedis memerangi wabah mematikan ini.
"Apapun yang bisa membantu kesehatan publik dan mencegah penyebaran virus itu baik."
"Sedangkan dia yang membantu menyebarkan virus ini, berdosa," ujar Khamenei.
Sampai Selasa (3/3/2020) pemerintah Iran mengklaim, ada 77 warga meninggal dan total 2.336 kasus di negara tersebut.
Sementara itu, dilansir dari The Wuhanvirus sebanyak 291 orang dinyatakan sembuh.
Negara pusat peribadatan Syiah ini, menduduki posisi ke-4 kasus terbesar di dunia.
Fakta ini membuat sejumlah pakar khawatir dengan rasio kematian di Iran.
Mereka memprediksi, bahwa tingkat imortalitas di sana mencapai 3,3 persen.
Perkiraan ini bisa berarti lebih kecil, dari yang sebenarnya terjadi.
Sebelumnya, dua pejabat senior Iran meninggal karena virus mematikan ini.
Sedangka beberapa orang lainnya, dinyatakan terinfeksi.
Dilansir Guardian dari media lokal Iran, pada Selasa (3/2/2020) Kepala Layanan Medis Gawat Darurat Pirhossein Kovalind juga dikatakan terjangkit Covid-19.
Sementara itu, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sekitar 3,4 kasus di dunia meninggal.
Angka ini jauh lebih tinggi, daripada tingkat kematian flu musiman, yakni dibawah 1 persen.
"Singkatnya, Covid-19 penyebarannya tidak lebi efisien daripada dlu."
"Penularannya tidak terjadi pada orang yang tidak sakit."
"Itulah yang menyebabkan penyakit ini lebih parah daripada flu," jelas Tedros.
Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk Covid-19.
Menurut Tedros, virus itu bisa ditampung.
Pakar Menyebut Pemerintah Iran Gagal Tanggulangi Wabah
Seorang pakar atau pengamat Iran dari Institusi Brookings, Suzanne Maloney mengatakan alasan di balik kondisi ini.
"Ini merupakan gejala dari sebuah negara yang sangat ideologis dan kurang pendekatan pada pemerintahan," kata Suzanne.
"Yang menjengkelkan, kenyataan bahwa Iran memiliki kapabilitas ilmu pengetahuan dan memiliki sistem kesehatan yang baik."
"Jadi ini sepenuhnya merupakan kegagalan kepemimpinan," jelas Suzanne dilansir Vox.
Baca: Virus Corona di Iran Sudah Masuk Pemerintahan, Pakar Sebut Pemerintah Gagal Tangani Wabah
Baca: Pejabat Tinggi Iran Meninggal Dunia Akibat Virus Corona
Faktanya jumlah infeksi yang terjadi di negara ini, terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Otoritas Teheran tidak memahami bagaimana hal ini bisa terjadi, atau bahkan mungkin memungkiri pertanda wabah ini.
Kurangnya peringatan, membuat ratusan orang tidak dirawat di dengan baik di Iran.
Sementara itu, jutaan pekerja, peziarah dan lainnya terus melakukan perjalanan dari dan ke negara itu setiap harinya.
Inilah yang kemudian menjadi ancaman virus ini terus meluas.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)