Namun, dia dan ibunya tidak memiliki izin khusus untuk melintasi perbatasan itu.
Saat Lu Yuejin tahu kalau dia dan putrinya tidak bisa melintas, wanita ini seketika menangis.
"Tolong bawa putriku," katanya.
"Aku tidak perlu lewat, tolong biarkan putriku yang pergi," tambahnya sambil menangis.
Saat itu, ada dua wartawan Reuters yang sedang ada di dekatnya.
"Putriku harus pergi ke rumahsakit di Jiujiang (kota perbatasan Jiangxi)," jelasnya pada dua awak media itu.
"Dia harus dirawat. Tapi mereka tidak akan membiarkan kami lewat."
Sesaat setelah dia mengungkapkan maksudnya, pengeras suara tiba-tiba menyerukan bahwa warga Hubei dilarang masuk ke Jiangxi dengan kasar.
"Yang ingin saya lakukan hanya menyelamatkan nyawanya," ujar ibu dari Hu Ping ini.
Saat ibunya memohon-mohon pada petugas perbatasan, Hu Ping terduduk di lantai aspal terbungkus selimutnya.
Baca: Pulangkan 37 Berstatus ODP Corona, RSUP Persahabatan Minta Pasien Isolasikan Diri 14 Hari di Rumah
Setelah satu jam menunggu, sebuah ambulans datang di pos pemeriksaan perbatasan itu dan mereka diizinkan masuk.
Menurut tunangan Hu Ping, yaitu Shi Xiaodi, ibu mertuanya itu menangis sambil memohon-mohon pada petugas.
"Ibu mertuaku menangis lama sekali, memohon pada polisi itu," katanya.
"Polisi bertanya alasannya dengan rinci dan mengetahui bahwa Hu Ping adalah pasien leukemia parah dan harus segera dirawat."