Dokter Kandungan di Pusat Medis Universitas Washington, Laura Sienas mengaku mayoritas pasiennya selalu bertanya apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri sendiri.
Sienas mengatakan, rumah sakitnya sudah berhenti mendesak ibu hamil untuk mengarantina dirinya sendiri.
Tentu saja, ini berbanding terbalik dengan panduan kesehatan publik setempat.
Sebagai gantinya, wanita ini menekankan kebersihan dan menghindari kontak dengan orang lain.
Sama halnya dengan pedoman dari Pusat Pengedalian Penyakit AS pada situs websitenya.
Oleh karena itu, Sienas berusaha melakukan pemeriksaan atau konsultasi melalui sambungan telepon.
Tujuannya tentu untuk membatasi para wanita hamil agar tidak perlu sering keluar ke rumah sakit.
Baca: Jangan Panik Namun Waspada, Angka Kesembuhan Virus Corona Tinggi Capai 57 Ribu Orang
Baca: Ciri Tertular Virus Corona & Kenali Polanya, Bisa Melalui Close Contact hingga Hari ke-5 Sulit Napas
"Pasti ada ketakutan terhadap sesuatu yang tidak kita tahu benar."
"Dan kehamilan adalah masa dimana banyak hal yang tidak kamu tahu sebelumnya dan itu tidak bisa dikendalikan," jelas Sienas pada Reuters.
"Mencoba memberitahu orang langkah-langkah kecil yang bisa untuk menghindari paparan wabah."
"Seperti mencuci tangan itu setidaknya sedikit meyakinkan pasien," tambahnya.
Sementara itu, sebuah penelitian pasien Covid-19 pada ibu hamil di China menunjukkan bahwa virus itu tidak mempengaruhi janin.
Para ibu hamil yang sakit saat trimester ketiga ini, hanya sakit seperti orang-orang lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menerbitkan analisisnya kepada 147 ibu hamil.
Penelitian tersebut menemukan bahwa 8 persen memiliki kondisi parah sedangkan 1 persen adalah kritis.
"Ada beberapa contoh selain virus corona yakni SARS."
"Dimana wanita hamil mungkin akan menderita penyakit itu lebih parah, tapi kami tidak benar-benar mengerti," jelas Dr Denise Jamieson, Kepala Ginekologi dan Kebidanan di Emory Healthcare Atlanta.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)