News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kakek di Italia Meninggal Sebelum Ambulans Datang, Harus Tunggu 11 Hari untuk Dapat Perawatan Medis

Penulis: Miftah Salis
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI: Seorang dalam pemantauan (ODP) virus corona asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dikabarkan ditolak di 5 rumah sakit saat membutuhkan perawatan.

TRIBUNNEWS.COM- Di tengah pandemi virus corona, kematian di rumah dengan gejala serupa Covid-19 kini terus tidak terkendali.

Seorang kakek di Italia meninggal sebelum ambulans datang.

Kakek tersebut ternyata harus menunggu 11 hari untuk mendapat perawatan medis.

Negara di berbagai belahan dunia saat ini tengah menghadapi wabah virus corona yang beberapa waktu lalu ditetapkan WHO sebagai pandemi global, termasuk Italia.

Italia tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus melebihi China.

Mengutip dari worldometers.info, hingga Selasa (7/4/2020) pukul 09.00 WIB, sebanyak 132.547 orang di Italia positif terinfeksi virus corona.

Baca: Pemerintah Italia Pertimbangkan Longgarkan Aturan Lockdown

Baca: Italia Catat Jumlah Kematian Harian Terendah Sejak 19 Maret

Baca: PM Inggris Boris Johnson Masuk ICU, Trump Kerahkan 2 Perusahaan untuk Bantu: Kami Sangat Sedih

Angka kematian mencapai 16.523.

Jumlah tersebut tertinggi dibanding negara lain, bahkan melebihi China yang menjadi negara pertama terinfeksi covid-19.

Kasus kematian tersebut ternyata banyak terjadi di rumah, di mana para pasien yang memiliki gejala serupa Covid-19 tak dapat penanganan.

Di wilayah Lombardy, angka orang yang sekarat di rumah dengan gejala tersebut tak bisa terkendali.

Alessandro, kakek berusia 78 tahun, juga mengalami hal serupa.

Sang anak, Silvia Bertuletti memerlukan 11 hari untuk melakukan panggilan telepon kepada dokter.

Silvia membujuk dokter agar datang untuk memeriksa Alessandro yang saat itu mengalami demam dan kesulitan bernapas.

Namun, kedatangan dokter yang saat itu hendak menuju rumah Silvia di dekat Bergamo, pusat wabah virus corona di Italia Utara, sudah terlambat.

Karyawan perusahaan tekstil Zender Germany GmbH, pemasok otomotif, membuat topeng pelindung (masker) untuk digunakan di tengah pandemi coronavirus baru di Osnabrueck. Jerman. Senin (6 April 2020). (AFP/Friso Gentsch)

Alessandro meninggal dunia pada 19 Maret lalu, pukul 1.10 pagi waktu setempat.

Tepat 10 menit sebelum ambulans yang dipanggil Silvia beberapa jam sebelumnya datang.

Mengutip dari SCMP, Saat itu, dokter hanya memberi resep obat melalui saluran telepon yakni obat penghilang rasa sakit ringan dan antibiotik spektrum luas.

Silvia menganggap, sang ayah dibiarkan sekarat di rumah sendirian tanpa bantuan.

"Ayah saya dibiarkan mati sendirian, di rumah, tanpa bantuan."

"Kami ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan hal itu," kata Silvia.

Ternyata, apa yang dialami oleh Silvia bukan satu-satunya kasus.

Seorang dokter bernama Riccardo Munda yang bertugas di Selvino dan Nembro menyebut, kematian bisa dihindari jika orang-orang yang sekarat di rumah tersebut segera mendapat bantuan medis.

Akan tetapi, dokter dan tenaga medis tak cukup banyak untuk menangani lonjakan pasien dengan gejala-gejala covid-19.

Baca: Donald Trump Sebut Amerika Segera Masuki Titik Mengerikan Angka Kematian karena Virus Corona

Baca: Donald Trump Dituduh Bajak Kiriman Masker ke Eropa, Begini Dia Membantahnya

Sementara persediaan APD, dalam hal ini masker dan hazmat, tak cukup untuk melindungi tenaga medis dari infeksi.

Para tenaga medis dianjurkan untuk melakukan kunjungan yang benar-benar diperlukan.

Hingga saat ini, kasus corona dilaporkan terus meningkat.

Sebanyak 1.346.566 orang di seluruh dunia telah terinfeksi.

Angka kematian mencapai 74.697 sementara 278.95 orang berhasil sembuh.

Virus corona telah mewabah di 209 negara dan dua kapal internasional.

(Tribunnews.com/Miftah)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini