News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Badak Makin Banyak Diburu sejak Pandemi Corona Menyerang Afrika

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Wulan Kurnia Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pandemi corona atau Covid-19 tidak hanya membunuh manusia, tapi nyatanya satwa liar juga terkena dampaknya.

Ahli konservasi menilai insiden yang terjadi di Botswana dan Afrika Selatan merupakan perburuan yang jarang terjadi.

Sebab perburuan tersebut rata-rata terjadi di sejumlah tempat wisata, dimana hingga saat ini merupakan tempat yang relatif aman bagi satwa liar.

Penguncian nasional, penutupan perbatasan, pembatasan visa darurat, karantina dan tindakan lain yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona sangat merugikan industri pariwisata Afrika.

Setidaknya pariwisata yang didominasi plesir ke hutan atau tempat konservasi binatang itu merugi senilai USD 39 Miliar atau sekira Rp 616 Triliun.

Bisnis wisata di Afrika sejatinya sudah lama menjadi pusat konservasi untuk satwa liar di seluruh benua.

Namun kini sejumlah ahli takut bahwa hewan malang ini harus menjadi korban dari dampak lain Covid-19.

"Hewan-hewan ini tidak hanya dilindungi oleh penjaga."

"Mereka juga dilindungi oleh kehadiran wisatawan," kata Tim Davenport, yang memimpin program konservasi spesies untuk Afrika di Wildlife Conservation Society.

Menurutnya, pemburu liar tidak akan nekat melakukan perburuan bila banyak wisatawan di sana.

"Jika kamu seorang pemburu, kamu tidak akan pergi ke tempat di mana ada banyak wisatawan, kamu akan pergi ke tempat sedikit wisatawan."

Sebelumnya, taman nasional Afrika selalu penuh dengan turis dan pemburu trofi.

Tetapi berkat penutupan dan perbatasan perjalanan internasional, orang asing tidak bisa mengunjungi tempat-tempat ini bahkan jika mereka mau.

"Sangat disayangkan," kata Anthony Ntalamo, pemilik Tony Mobile Safari , perusahaan safari yang berbasis di Botswana.

Di sejumlah lokasi seperti Okavango Delta dan Taman Nasional Krunger, kehadiran para turis dan pemandu wisata menjadi ancaman nyata bagi para pembur liar lebih dari penegak hukum yang ada.

Tanpa mereka, beberapa ribu petugas hutan harus tanggung jawab memantau jutaan hektar hutan belantara yang terpencil dan mengerikan.

"Tanpa pemandu wisata, penjaga hutan seperti seseorang yang bergerak tanpa satu kaki," kata Pak Ntalamo.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini