TRIBUNNEWS.COM - Selama akhir pekan, Turki akan memberlakukan jam malam sekali lagi.
Jam malam itu akan berlaku antara 17-19 April 2020 mendatang.
Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Senin (13/4/2020) mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari mengekang penyebaran virus corona.
Mengutip Daily Sabah, pengumuman itu disampaikan setelah Erdogan mengadakan pertemuan kabinet melalui telekonferensi.
"Tujuan kami adalah melindungi warga yang mungkin menyerah dalam melawan Covid-19," kata Erdogan.
"Dengan demikian, saya ingin mengumumkan, kami akan memberlakukan jam malam, mulai tengah malam 17 April 2020 hingga Minggu tengah malam (19 April 2020)," terang Erdogan.
Baca: Bantu Warga Terdampak Corona, Presiden Erdogan Sumbang Gaji 7 Bulan
Baca: Yunani Protes pada Turki Tak Menahan Pergerakan Migran ke Eropa, Erdogan: Akan Mencapai Jutaan
Lebih jelas, Turki semakin meningkatkan pembatasan pada kehidupan sehari-hari.
Meski respon awal Turki terhadap krisis telah membendung gelombang infeksi, negara ini tetap membatasi mobilitas publik, terutama pada akhir pekan.
Dengan pemikiran ini , jam malam di akhir pekan diumumkan di 31 provinsi, terutama kota pada Jumat pekan kemarin.
Pemerintah hingga akhir pekan ini, mengandalkan kepatuhan publik dengan seruan untuk isolasi.
Baca: Presiden Recep Tayyip Erdogan Tolak Pengunduran Diri Menteri Dalam Negeri Turki
Baca: Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton Terjangkit Corona
Menteri Dalam Negeri Mengundurkan Diri
Pekan lalu, saat pemerintahan Erdogan mengumumkan memberlakukan jam malam yang dinilai mendadak, orang-orang seluruh negeri menjadi panik.
Mereka panik dan keluar dan membeli persediaan di toko-toko.
Kecewa dengan situasi tersebut, Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu lantas mengajukan pengunduran dirinya pada Minggu (12/4/2020).