TRIBUNNEWS.COM - Perwakilan Warga Negara Indonesia (WNI) jemaah tabligh di Indonesia Ustaz Khairul Marzuq dari Medan menceritakan bagaimana kehidupan mereka selama menjalani karantina di India.
Menurut informasi dari pemantauan Kementerian Luar Negeri RI, ada 717 WNI di India yang tak bisa pulang.
Baca: Mata KSAD Berkaca-kaca Lihat Istrinya Menangis Dengar Curhat Perawat RSPAD Gatot Soebroto
Para WNI itu terpaksa menjalani karantina setelah pemerintah India menetapkan bahwa acara Jamaah Tabligh yang mereka hadiri sekira Maret lalu menjadi klaster penyebaran virus corona di negara itu.
Marzuq merupakan salah satu peserta Konferensi Delhi, acara tahunan Tablighi Jamaat, yang digelar di Nizamuddin, New Delhi, India, pada 13 hingga 15 Maret.
Ia menjalani isolasi atau karantina di Delhi.
Meski ia tak mengalami gejala corona atau Covid-19, Marzuq kerap diberikan obat-obatan dosis tinggi oleh petugas di sana
"Mereka memberikan kita obat-obatan yang dosisnya tinggi seperti paracetamol. Ini kan untuk obat demam saya pikir. Tapi kenapa kita diberikan, kita tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada gejala apapun," ujarnya kepada Tribun Network, Jumat (18/4/2020).
Obat-obatan yang diberikan itu, menurut Marzuq, membuat sejumlah WNI yang menjalani karantina khawatir.
"Jangan-jangan kita malah tambah sakit dengan minum obat yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh kita " kata dia.
Tak ada perlakuan diskriminasi di India.
Namun, kata Marzuq, beberapa WNI sempat ditolak saat memasuki masjid.
"Memang ada di beberapa tempat mereka tertolak dari masjid, banyak masyarakat yang tidak menerima," imbuh Marzuq.
Marzuq menyayangkan perlakuan petugas India kepada WNI.
Mereka diperlakukan layaknya tahanan.
"Kita ini seperti tahanan dibuat oleh mereka," ucap Marzuq.
Marzuq mengatakan ada beberapa WNI yang paspor dan telepon genggam ditahan oleh petugas.
Ditahan tanpa alasan jelas, tanpa surat resmi dari pemerintahan India.
"Banyak hal-hal mengganjal yang tidak sesuai prosedural itu yang menjadi tanda tanya bagi teman-teman saat ini," kata Marzuq.
Para WNI, kata Marzuq, semakin depresi dengan keadaan yang mereka alami di India.
Karena itu mereka meminta Pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan mereka atau melakukan evakuasi.
Baca: Singapura Catatkan Kasus Harian Virus Corona Tertinggi, Ada 942 Temuan dalam Sehari
"Kalau cerita makan sudah jelas terlambat, tidak ada makan tepat waktu, fasilitas tidak memadai," tutur Marzuq.
"Kita memohon kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan evakuasi secepat mungkin," ucapnya.