News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kim Jong Un Sakit

Kim Jong Un Diduga Alami Kondisi Vegetatif atau Kelainan Kesadaran

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kim Jong Un Berulang Tahun ke-36 Hari Ini, Korea Utara Tetap Tidak Menjadikannya Hari Libur Nasional

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un kembali dikabarkan meninggal dunia atau berada dalam kondisi vegetatif.

Menurut Metro.co.uk, kabar ini berasal dari wartawan di negara tersebut. 

Sebelumnya, kondisi vegetatif adalah kelainan kesadaran yang dialami pasien kerusakan otak.

Pasien itu dalam kondisi sadar secara parsial namun tidak menunjukkan persepsi dan reaksi kognitif terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya.

Baca: Profil Kim Yo Jong, Dinilai Jadi Pengganti Terkuat Memimpin Korea Utara Jika Kim Jong Un Meninggal

Baca: Trending di Twitter Kim Jong Un Meninggal, Ini Kata Pakar Semenanjung Korea

Salah seorang sumber dari tiga orang yang dekat dengan kondisi itu mengatakan ada satu tim ahli medis dari Tiongkok yang dikirim untuk memberi nasihat cara merawat Kim.

Wakil direktur Televisi Satelit HKSTV Hong Kong Shijian Xingzou mengaku seorang sumber terpercaya mengatakan kepadanya bahwa Kim sudah meninggal.

Sementara itu, sebuah majalah Jepang, Shukan Gendai melaporkan pemimpin diktator itu dalam kondisi vegetatif.

Itu terjadi setelah penundaan prosedur operasi jantung sederhana yang membuatnya sakit parah.

Spekulasi global makin memuncak saat medis pemerintah di Pyongyang tetap bungkam terhadap kondisi dan keberadaan Kim.

Kendati kabar kondisi Kim Jong Un masih menjadi isu, #KimJongUndead menjadi tagar yang trending di Twitter.

Donald Trump dan Kim Jong Un saat bertemu di Singapura pada 2018. Trump, mengaku hubungannya dengan Kim Jong Un sangat baik. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk pemimpin Korea Utara ini, seperti yang diberitakan NBC News, Rabu (22/4/2020). (Kevin Lim/The Straits Times via AP)

Shukan Gendai menulis, Kim memegang dadanya dan jatuh ke tanah saat berkunjung ke pedesaan awal April ini.

Seorang ahli medis Tiongkok yang dipercaya dekat dengan situasi Kim mengatakan, bahwa prosedur stent sangat diperlukan.

Namun bila dilakukan dengan buruk dan sangat terlambat, bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

Mengutip Kompas.com, Dr dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), FIHA FSCAI, FAPSIC dari Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) dan Pokja Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan dokter akan memasangkan stent atau yang dikenal sebagai cincin atau ring kepada orang dengan serangan jantung. 

"Stent ini bukan operasi, tapi tindakan non-bedah. Jadi, tidak dibius umum, tetapi hanya bius lokal," kata Antonia.

Proses pemasangan stent hanya memakan waktu 45 menit, 15 menit untuk kateterisasi dan 30 menit untuk memasang stent.

"Jadi, kita masukkan benang bersama balon ke dalam pembuluh darah jantung. Balon ini kemudian dikembangkan dari luar untuk memampatkan plaknya, dikempeskan lagi, dan dikeluarkan," jelasnya.

Tindakan ini harus dilakukan secepat mungkin, paling tidak dalam 90 menit sejak terjadi serangan jantung.

 Adik Kim Jong Un Diduga Kuat Jadi Pengganti

Setelah Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, diisukan kritis, tiba-tiba muncul nama baru, yakni Kim Yo Jong.

Hal ini bermula dari sejumlah pemberitaan internasional yang mengabarkan Kim Jong Un kritis hingga mengalami mati otak setelah operasi jantung.

Belum diketahui secara pasti kebenaran kabar itu, sebab hingga hari ini pihak Korea Utara masih bungkam.

Namun isu kesehatan ini lantas menimbulkan pertanyaan siapa yang akan memimpin Korea Utara bila Kim Jong Un meninggal dunia.

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un.Korea Selatan dan China membantah isu Kim Jong Un yang dikabarkan tengah sakit parah setelah menjalani operasi jantung. (AFP)

Kuat dugaan, adik perempuan Kim Jong Un, yakni Kim Yo Jong, akan mengambil alih kekuasaan mutlak ini.

Mengutip Vox, Kim Yo Jong baru-baru ini mengambil peran yang cukup menonjol di negara komunis itu. 

Baca: Inilah Daftar Calon Pemimpin Korut Jika Kim Jong Un Meninggal Dunia

Baca: Kondisinya Dikabarkan Kritis, Kim Jong Un Kirim Surat Kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad

Bahkan Kim Yo Jong juga sempat mengeluarkan pendapatnya sendiri dan bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia.

Bulan lalu, wanita ini membuat pernyataan publik pertamanya dengan mengecam Korea Selatan sebagai gonggongan anjing yang ketakutan setelah Seoul memprotes latihan militer langsung Korea Utara.

Kemudian pada Maret, Kim Jong Yo secara terbuka memuji Donald Trump karena mengirimi kakaknya surat.

Publikasi pernyataan politik atas nama Kim Yo Jong menggarisbawahi peran sentralnya dalam rezim, menurut Youngshik Bong, seorang peneliti di Institut Studi Korea Utara Universitas Yonsei di Seoul.

"Ini mengungkapkan Kim Jong Un mengizinkannya untuk menulis dan mengumumkan pernyataan pedas tentang Korea Selatan dengan nada pribadi," kata Bong.

"Dia jelas siap untuk membiarkan adiknya menjadi alter egonya," tambah Bong.

Berdasarkan laporan National Interest, ada sejumlah alasan Kim Yo Jong bisa menggantikan Kim Jong Un. 

Korea Summit Press Pool, Kim Yo Jong menjadi satu-satunya wanita dalam pertemuan antara sang kakak, Pemimpin Korea Utara kim Jong Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. (AP)

Pertama, yakni anggota keluarga pria dari Kim Jong Un sudah meninggal atau berada di pengasingan.

Kemudian, saudara laki-laki Kim, Kim Jong Chol bukanlah pilihan yang tepat.

Lantaran sikapnya rendah hati dan terlihat kurang berminat pada politik.

Di sisi lain, Kim Yo Jong sudah cukup mendapat ketenaran di kancah politik dalam maupun luar negeri selama dua tahun terakhir ini.

Tetapi Sheena Greitens, seorang pengamat Korea Utara di Universitas Missouri, lebih skeptis terhadap kemungkinan ini.

"Warisan perempuan dalam kediktatoran modern pada dasarnya tidak pernah terjadi," tulis Sheena.

"Pengamat Korea Utara juga memperdebatkan apakah dan bagaimana budaya politik Korea Utara dapat beradaptasi dengan penguasa perempuan," tambahnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas.com/Shierine Wangsa Wibawa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini