"Sebagai MLA yang bertanggung jawab, saya meminta mereka untuk tidak main hakim sendiri untuk menangani situasi tetapi hanya berhenti membeli sayuran dari mereka (Muslim)."
"Katakan apa yang salah saya lakukan jika saya mengatakan hal-hal seperti itu?" tanya Tiwari.
Muslim India menjadi sasaran di berbagai daerah menyusul laporan masifnya infeksi Covid-19 pada pertemuan keagamaan di New Delhi bulan lalu.
Acara itu diselenggarakan oleh Tabligh Akbar dari perkumpulan Muslim di sana.
Selain itu, rasisme ini juga tidak lepas dari kerusuhan berdarah antara warga dengan umat Muslim pada Februari silam.
Peristiwa ini berkaitan dengan undang-undang kewarganegaraan di India yang mengecualikan Muslim.
Sejumlah politisi dan jurnalis BJP menggambarkan insiden Tabligh Akbar adalah terorisme corona.
Mereka juga membuat teori konspirasi bahwa Muslim di sana berusaha menyebarkan wabah ini.
Seruan Tiwari untuk memboikot pedagang Muslim diakukan secara terang-terangan.
Kelompok sayap kanan di India terlihat membagikan bendera warna oranye ke pedagang sayur di banyak tempat untuk memungkinkan konsumen mengidentifikasi mereka sebagai penjual Hindu.
Lingkungan tertentu di New Delhi dan negara bagian lain termasuk Karnataka, Telangana dan Madhya Pradesh juga memasang poster untuk menghentikan masuknya umat Islam.
Rasisme hingga Melarang Adzan
Tidak hanya perlakuan kasar atau rasisme yang diterima umat Muslim di India, tapi juga larangan untuk menjalankan pembacaan adzan.
Banyak masjid yang diserang warga dan buntutnya adalah larangan panggilan untuk salat ini.