Selasa lalu, sekelompok pria di distrik Gorakhpur Uttar Pradesh diduga merusak sebuah masjid dan menyerang seorang muazin.
Diketahui saat itu muazin tidak berhenti melantunkan adzan melalui pengeras suara.
Warga sebelumnya melarang dia untuk tidak melakukan itu selama lockdown berlangsung.
Abdul Rahman, sang muazin menderita luka ringan dalam insiden itu.
Dia mengatakan polisi hanya mengizinkan tiga orang yang boleh berada di masjid selama lockdown.
Pemerintah Himbau Hentikan Islamofobia
Pada 18 April, dimana kampanye anti-Muslim merebak di India, badan hak asasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) meminta New Delhi untuk menghentikan Islamofobia.
Hari berikutnya, Perdana Menteri India Narendra Modi memposting pesan persatuan di Twitter.
"Covid-19 tidak melihat ras, agama, warna kulit, kasta, akidah, bahasa atau perbatasan sebelum menyerang."
"Respons dan perilaku kita setelahnya harus melampirkan keutamaan pada persatuan dan persaudaraan. Kita berada dalam hal ini bersama-sama," cuit Modi.
Sementara itu, juru bicara oposisi Partai Samajwadi Anurag Bhadoriya mengatakan pihak berwenang harus mengajukan kasus terhadap pemimpin BJP Tiwari karena menyerukan boikot terhadap komunitas Muslim.
"Pada saat krisis ini, dia sibuk menyebarkan kebencian terhadap komunitas tertentu. Ini menunjukkan betapa dia peduli dengan kemanusiaan," kata Bhadoriya.
Seorang juru bicara BJP dari Uttar Pradesh mengatakan para pemimpin partai harus menghindari membuat pernyataan seperti itu.
"Salah berbicara seperti itu ketika kita berjuang melawan pandemi. Divisi ini tidak baik untuk masyarakat," Rakesh Tripathi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)