TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 tak hanya mengubah ekonomi dan sosial, tetapi juga mengubah perilaku mengemudi di jalanan.
Menurut penelitian terbaru dari badan keselamatan jalan nasional, satu dari empat pengemudi Australia mengakui lebih banyak mengambil risiko di jalan setelah penerapan pembatasan sosial akibat mewabahnya virus corona.
Jumlah lalu lintas di jalan-jalan Australia sendiri telah menurun secara drastis sejak negara tersebut mulai memberlakukan pembatasan pergerakan untuk menahan penyebaran virus Covid-19 dari pertengahan Maret 2020 dan saat ini.
Tetapi statistik yang mengkhawatirkan dari laporan tahunan Australian Road Safety Foundation (ARSF) menunjukkan bahwa dua pertiga warga Australia percaya bahwa jalan lebih aman dalam kondisi saat ini.
Baca: Australia Dukung Penyelidikan terhadap China Soal Virus Corona Tapi Akui Tak Punya Bukti
Akan tetapi, tingkat perilaku mengemudi yang berbahaya sebenarnya meningkat.
Mempercepat laju kendaraan melewati batas kecepatan di jalan naik 17 persen, penggunaan ponsel pun meningkat 9 persen.
Kemudian menjalankan kendaraan saat lampu merah atau tanda berhenti naik 5 persen dan mengkonsumsi alkohol saat mengemudi telah melonjak 3 persen.
Laki-laki yang merupakan dua pertiga dari jumlah korban kecelakaan di jalan nasional saat ini, juga lebih cenderung terlibat dalam perilaku jalan berisiko ini daripada perempuan, menurut penelitian.
Pendiri dan CEO ARSF, Russell White mengatakan bahwa dengan lebih sedikit mobil di jalan selama Covid-19, ARSF melihat peningkatan perilaku pengemudi yang buruk.
"Untuk setiap kematian di jalan, 35 warga Australia lainnya dirawat di rumah sakit. Jangan biarkan keputusan sepersekian detik mengubah hidup Anda atau orang lain selamanya," tutur White dikutip dari Car Advice, Senin (4/5/2020).
Secara lebih luas, laporan tahunan menemukan empat dari lima warga Australia mengakui telah melanggar undang-undang jalan, dengan 39 persen responden mengakui bahwa mereka tidak memperhatikan jalan saat itu.
Yang memprihatinkan, seperempat pengemudi Australia juga mengakui mengemudi saat mengkonsumsi alkohol dan hanya tujuh persen dari semua pengemudi mengatakan mereka memikirkan keselamatan pengguna jalan lain saat di belakang kemudi.
Dua pertiga atau 68 persen pengemudi Australia juga mengaku mengebut, sementara 28 persen mengaku melakukannya setiap minggu.
Baca: Kasus Corona di Dunia Tembus 3,5 Juta: 1,1 Juta Orang Sembuh, Indonesia Urutan ke-36
Kesenjangan gender tetap ada di seluruh laporan ARSF, yang menemukan bahwa pria lebih mungkin mengemudi daripada wanita saat di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol, mengemudi kelelahan, melebihi batas kecepatan, tidak mengenakan sabuk pengaman atau menggunakan ponsel saat mengemudi.
Mereka juga lebih mungkin daripada wanita untuk mempercepat atau menggunakan ponsel mereka saat mengemudi dengan anak-anak di dalam mobil.
Sayangnya, pengurangan jumlah mobil di jalan saat pembatasan penyebaran Covid-19 tidak menyebabkan penurunan drastis dalam kematian di jalan Australia.
Pada akhirnya, Australia berada di jalur yang tepat untuk kehilangan sasaran dari National Road Safety Strategy (NRSS) untuk mengurangi kematian dan cedera di jalan hingga 30 persen selama dekade hingga 2020.