Tetapi pihak pemerintah yang bertanggung jawab untuk melindungi orang-orang pribumi menepis seruan untuk bertindak.
Sebagai gantinya, mereka justru berfokus pada "mengobarkan pertempuran ideologis".
Penduduk asli Amazon menghadapi krisis karena tidak ada tindakan cukup untuk menekan ancaman penyebaran Covid-19 di pedalaman.
Sebelumnya, Kantor berita Associated Press berbicara kepada empat narasumber yang bekerja dengan masyarakat adat di wilayah terjauh Amazon Brazil dan mereka sepakat dalam kesimpulan mereka.
"Yayasan nasional Indian, yang dikenal sebagai FUNAI, hampir tidak melakukan apa pun untuk mengoordinasikan respons terhadap krisis," ungkap mereka.
Mereka mengatakan tidak ada cukup alat pelindung bagi orang yang memasuki wilayah adat atau bertemu orang asli di kota.
Bertahan menjadi lebih sulit karena kebutuhan seperti minyak tanah dan bensin tidak mencukupi.
Sementara, pengiriman makanan baru dimulai minggu lalu atau satu bulan setelah masyarakat adat diperintahkan untuk tetap tinggal di desa mereka.
Sayangnya, pasokan makanan juga masih sangat tidak mencukupi.
Baca: Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona
Baca: Amazon Berencana Investasikan Laba Kuartal Pertama 2020 untuk Fasilitas Pencegahan Corona
Kekhawatiran tentang Kerentanan Penduduk Asli Amazon
Sejak awal pandemi, ada kekhawatiran tentang kerentanan penduduk asli yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan perkotaan.
Selain itu, gaya hidup komunal membuat mereka lebih rentan terhadap transmisi yang cepat.
Menurut penghitungan oleh organisasi adat Brasil APIB yang mencakup angka-angka Kementerian Kesehatan dan informasi dari para pemimpin lokal melaporkan, setidaknya 88 orang pribumi telah meninggal karena Covid-19 di Amazon.
Jumlah yang sebenarnya mungkin lebih tinggi, karena rumah sakit sering tidak menggunakan nama asli pasien ketika menerimanya.