Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengancam akan mengatur secara ketat atau bahkan menutup platform media sosial yang 'membungkam suara-suara konservatif'.
Tindakan ini dilakukan setelah jejaring sosial Twitter yang biasa menjadi 'wadahnya berkeluh kesah' membuatnya kesal karena menilainya menyebarkan informasi 'tidak benar'.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (28/5/2020), Twitter menandai postingan-postingan Trump dengan pemberitahuan fakta yang menyiratkan bahwa apa yang disampaikan orang nomor 1 di AS itu mengandung informasi yang salah.
"Partai Republik merasa bahwa platform media sosial (Twitter) benar-benar membungkam suara-suara konservatif. Kami akan sangat mengatur atau bahkan menutupnya, sebelum kita membiarkan hal ini (pembungkaman suara konservatif) terjadi. Kami telah melihat apa yang mereka coba lakukan, dan gagal pada 2016. Kami tidak bisa membiarkan versi yang lebih canggih dari itu terjadi lagi," cuit Trump pada Rabu kemarin.
Baca: Joe Biden Sebut Donald Trump Orang Bodoh, Ini Alasannya
Baca: Hong Kong-China Memanas, Trump Bakal Beri Respons dalam Waktu Dekat
Ia kemudian mengutuk sistem pemungutan suara yang dilakukan melalui surat suara dan mengklaim bahwa tindakan tersebut hanya akan menghasilkan kecurangan, pemalsuan dan pencurian surat suara, jika digunakan dalam skala besar.
Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany pada Rabu kemarin menyampaikan bahwa Trump akan 'segera' menandatangani perintah eksekutif terkait kebijakan pengaturan mengenai perusahaan media sosial.
Aksi ini tampaknya menjadi cara Trump dalam melanjutkan perseteruannya yang tengah berlangsung dengan Twitter.
Platform ini memang memicu kemarahan Trump pada minggu ini, karena menandai beberapa postingannya mengenai surat suara dengan informasi yang menunjukkan bahwa pembaca bisa meng-klik dan memperoleh fakta terkait fakta dari praktik tersebut.
Twitter pun telah menautkan pemberitahuan itu ke dalam tweet yang ditandai sebagai informasi yang mungkin saja berisi kebohongan.
Banyaknya kritikan terhadap Trump telah lama menjadi tekanan bagi Twitter untuk 'mengusirnya' dari lini masa platform itu karena pelanggaran yang diduga dilakukan selama bertahun-tahun oleh suami dari Melania Trump itu.