Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mantan Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Susan Rice menuding Rusia bertanggung jawab atas aksi anarkis yang terjadi pasca kematian warga kulit hitam George Floyd.
Bahkan dalam sebuah pernyataan, Susan Rice menegaskan bukan orang Amerika yang berada di balik unjuk rasa besar-besaran di jalanan AS.
Baca: Demonstrasi Kematian George Floyd di AS Merembet ke Eropa
Baca: Rusuh Berlanjut, Donald Trump Dilarikan ke Bunker Bawah Tanah Gedung Putih
Setelah lima malam berturut-turut kerusuhan nasional terjadi di negara itu, perang kata-kata pun pecah terkait siapa yang harus bertanggung jawab atas penjarahan dan kerusakan yang terjadi.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (1/6/2020), aparat kepolisian di Minnesota, yang menjadi lokasi pusat kerusuhan, menyalahkan 'supremasi kulit putih' dan kartel narkoba.
Sementara Presiden AS Donald Trump dan Departemen Kehakiman menyalahkan gerilyawan sayap kiri 'Antifa'.
Trump juga menyalahkan para pengunjuk rasa sebagai perusuh, namun Susan Rice menimpalinya dengan menyebut bahwa pihak yang benar-benar berada di belakang aksi ini adalah Rusia.
"Saya berani bertaruh, ini tepat di luar buku pedoman Rusia," kata Rice kepada pada hari Minggu kemarin.
Klaim Rice itu dianggap masuk akal karena banyak pihak menilai Rusia tengah berusaha 'menghancurkan' AS dari dalam.
"Saya tidak akan terkejut mengetahui bahwa mereka mendanai dengan cara atau bentuk apapun," jelas Rice.
Bukan hal yang mengejutkan jika seorang pejabat pemerintahan Obama menyalahkan Rusia atas kesengsaraan Amerika.
Bagaimanapun juga, kepala intelijen era Obama dan anggota parlemen Demokrat telah menghabiskan waktu selama lebih dari dua tahun demi berusaha menemukan cara bahwa Trump telah berkolusi dengan Rusia sejak memenangkan Pemilu AS pada 2016 lalu.
Namun Rice hanya menjadi salah satu dari beberapa pimpinan yang berbicara liberal untuk 'mencium' campur tangan Rusia di jalanan Minneapolis yang terbakar pasca kematian Floyd.
Mantan Wali Kota New Orleans, Marc Morial juga sempat menyatakan pada hari Sabtu lalu bahwa agen-agen Rusia telah memicu terjadinya kerusuhan.
Kendati demikian, Peneliti Global Policy Institute George Szamuely mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Rusia terlibat dalam aksi ini.
Namun para petinggi AS yang berasal dari Demokrat, menurutnya, memang mengharapkan adanya campur tangan Rusia.
"Tentu saja, tidak ada bukti sedikit pun untuk ini, tapi itu yang diharapkan. Saya bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan media arus utama untuk menemukan campur tangan Rusia di sini?," kata Szamuely.